Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Luzum

Oleh Muhammad Said Anwar
28 Agustus 2021
in Ilmu Mantik
Luzum
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Sebelumnya, kita sudah membahas tentang dalâlah lafzhiyyah wadh’iyyah iltizamiyyah. Pembahasan ini sebenarnya tidak terlepas dari pembahasan dalalah iltizamiyyah, karena ini lanjutan dari dalalah iltizamiyyah.

Kita perlu membahas luzum dulu. Luzum (لزوم) bisa diartikan dengan konsekuensi atau keterkaitan, ini sudah menjadi bahasa Indonesia dengan bentuk “lazim“. Atau, definisi luzum yang kerap kita temukan dalam beberapa kitab adalah:

عدم الإنفكاك عقلا أو عرفا

Ketidakterpisahan, baik secara akal maupun kebiasaan.

Untuk memahami definisi itu, kita bisa menggunakan contoh seperti api dan panas. Api dan panas memang dua hal yang berbeda. Tapi, ketika dikatakan api, maka terbayanglah juga panas. Misalnya lagi, es dan dingin. Ketika disebutkan es, maka kita akan paham dengan dingin. Es dan dingin memiliki keterkaitan yang sangat erat, begitupula dengan api dan panas.

Karena pembahasan ini tidak lepas dari dalalah, maka prosedur atau prosesnya tidak terlepas dari dalalah, yaitu adanya proses penunjukan terhadap sesuatu. Seperti es dan dingin tadi.

Jika dalalah memiliki unsur-unsur seperti dâl dan madlûl, maka luzum juga memiliki unsur yang seperti itu. Yaitu, lazim (yang melazimkan atau meniscayakan) dan malzum (yang dilazimkan atau diniscayakan). Untuk memahaminya, kita bisa pakai contoh yang sama seperti api dan panas lagi. Kita membayangkan panas melalui pemahaman kita terhadap api kan? Maka panas ini adalah lazim sedangkan api ini adalah malzum. Mengapa? Karena panas ini yang me-lazimi api. Bukan api yang melazimi panas. Setiap yang melazimi itu, tidak bisa ada kecuali ada yang dilazimi. Panas yang dari api (lazim/melazimi) itu tidak akan ada kecuali ada api (malzum/dilazimi).

Luzum ini terbagi lagi menjadi beberapa macam. Dengan mengetahui macam-macamnya, kita bisa mengetahui luzum yang mana saja yang mu’tabar dan tidak mu’tabar dalam ilmu logika ini. Luzum ini, bisa kita lihat dari dua aspek sudut pandang; 1) Dari segi kejelasan atau tidak jelasnya (bi’tibar al-wudhuh aw ghairu wudhuh). 2) Dari segi ruang atau tempatnya (bi’tibar al-mahall).

BacaJuga

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Kulliy Keempat: Khassah

Kulliy Ketiga: Fashl

Kulliy Kedua: Nau’

● 𝑩𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂

Luzum yang ditinjau dari segi ketidakjelasannya itu terbagi menjadi dua lagi; 1) Luzum bayyin. 2) Luzum ghairu bayyin. Luzum bayyin berarti ada keterkaitan jelas. Sedangkan ghairu bayyin berarti tidak jelas keterkaitannya.

• 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑮𝒉𝒂𝒊𝒓𝒖 𝑩𝒂𝒚𝒚𝒊𝒏

ما يحتاج فى إثباته إلى الدليل

Sesuatu yang dalam memastikan keterkaitannya, butuh dalil (bukti/argumen).

Contoh yang populer ditemukan adalah alam dan hadits (kebaharuan/baru). Apakah keduanya memiliki keterkaitan? Tentu saja ada, tapi tidak jelas. Sebagai orang beriman, tentu kita meyakini kalau alam ini ada setelah mengalami ketiadaan (hadits). Sedangkan bagi orang-orang yang tidak beriman, akan meragukan keterkaitan antara alam dan hadits. Karena di antara mereka ada yang meyakini alam itu tidak pernah mengalami ketiadaan dan “butuh argumen” untuk menjelaskan keterkaitan antara alam dan hadits.

• 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑩𝒂𝒚𝒚𝒊𝒏

ما لا يحتاج فى إثبات لزومه إلى الدليل

Sesuatu yang dalam memastikan keterkaitannya, tidak butuh dalil (bukti/argumen).

Untuk memperjelas, bisa kita pakai dalam contoh yang sederhana seperti api dan panas, dan es dan dingin. Ketika anda membayangkan api, maka terlintas juga panas di akal anda. Ketika membayangkan es, maka terlintas pula dingin di akal anda. Apakah anda harus berargumen dengan kritis atau sampai membuat seminar internasional untuk membuktikan bahwa api dan panas itu memiliki keterkaitan? Tentu tidak. “Anda tidak perlu berargumen” untuk membuktikan keterkaitan antara api dan panas, begitupula dengan es dan dingin.

Luzum bayyin ini lagi terbagi menjadi dua; 1) Luzum bayyin bi ma’na al-a’am (keterkaitan yang jelas dengan pemaknaan yang lebih umum). 2) Luzum ghairu bayyin bi ma’na al-akhash (keterkaitan yang jelas dengan pemaknaan yang lebih khusus).

– 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑩𝒂𝒚𝒚𝒊𝒏 𝒃𝒊 𝑴𝒂’𝒏𝒂 𝒂𝒍-𝑨𝒌𝒉𝒂𝒔𝒉

ما يكفي فيه تصور الملزوم فقط

Keterkaitan yang bisa dipahami, cukup dengan membayangkan malzumnya saja.

Misalnya, “angka empat dan genap”. Angka empat ini menjadi malzum, sedangkan makna genap itu menjadi lazim. Ketika angka empat disebutkan, maka terlintaslah makna genap.

Contoh lainnya, api dan panas lagi. Api menjadi malzum, sedangkan panas menjadi lazim. Cukup kita mendengar kata api, atau membayangkan api saja, maka terlintaslah di akal kita makna panas juga. Jadi cukup kita membayangkan “penyebab datangnya lazim” atau malzumnya saja, maka lazim itu akan muncul dengan sendirinya.

– 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑩𝒂𝒚𝒚𝒊𝒏 𝒃𝒊 𝑴𝒂’𝒏𝒂 𝑨𝒍-𝑨’𝒂𝒎

ما لابد فيه من تصور الازم والملزوم

Sesuatu yang keterkaitannya tidak akan dipahami kecuali dengan membayangkan lazim dan malzumnya.

Misalnya ketika dikatakan manusia dan penulis. Keterkaitan manusia dan penulis itu ada. Tapi ketika disebutkan manusia, apakah langsung terbayang sosok yang suka menulis? Tentu tidak, kita perlu tau apa itu manusia dan apa itu penulis. Ketika sudah kita bayangkan keduanya, barulah keterkaitan antata keduanya bisa terbayang.

Contoh lain, misalnya cinta dan kesengsaraan. Ketika dikatakan cinta, tidak melulu begitu saja muncul bayangan kesengsaraan. Perlu kita bayangkan dulu, apa itu cinta dan apa itu kesengsaraan. Setelah itu, barulah bisa kita temukan keterkaitannya. Kan bisa saja ketika cinta disebutkan, yang terlintas adalah kebahagiaan. Tapi, bagi sebagian orang yang mungkin sudah diputuskan oleh pacarnya memandang cinta sebagai sesuatu yang menyengsarakan. Ketika cinta digambarkan dengan “bayangan yang mengerikan” seperti patah hati. Maka bisa saja dengan pengalaman patah hati ini mengetahui keterkaitan cinta dan kesengsaraan dengan jelas. Dan muncul kesimpulan cinta dan kesengsaraan memiliki keterkaitan.

● 𝑩𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝑻𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒏𝒚𝒂

Luzum ditinjau dari segi ruang dan tempatnya, dibagi menjadi 3; 1) Luzum dzihniy. 2) Luzum kharijiy. 3) Luzum dzihniy wa kharijiy. Perbedaan ketiganya bisa kita temukan pada pembahasan berikut ini.

• 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑫𝒛𝒊𝒉𝒏𝒊𝒚

Untuk bagian ini, bisa kita pahami “keterkaitan yang bisa kita pahami melalui nalar saja”.

Misalnya, buta dan melihat, tuli dan mendengar, dan lain sebagainya. Memang di alam nyata kedua hal tersebut bertentangan. Tapi, di alam akal, keduanya saling berkaitan.

Anda tidak akan mengetahui hakikat tuli kalau tidak mengetahui apa itu mendengar. Anda tidak akan mengetahui hakikat buta tanpa mengetahui apa itu melihat. Bahkan, hakikat benci takkan anda ketahui tanpa mengetahui apa itu suka.

• 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑲𝒉â𝒓𝒊𝒋𝒊𝒚

Luzum khârijiy bisa kita pahami dengan “keterkaitan yang hanya ada di alam luar/nyata”.

Ini bisa kita pahami melalui contoh-contoh sederhana, seperti burung gagak dan hitam, laut dan air asin. Kalau kita melihat fakta, tidak ada burung gagak yang tidak berwarna hitam, begitupula laut dan air asin.

Tapi, akal kita bisa membayangkan ada burung gagak yang tidak berwarna hitam, bisa saja kan warna pink. Begitu juga laut dan air asin, bisa saja kita bayangkan seluruh laut itu rasanya manis atau tidak asin kan. Namun, keterkaitan ini hanya ada di alam nyata atau alam luar yang kerap kita saksikan sehari-hari, sementata akal bisa saja menafikan keterkaitan yang ada di alam nyata. Karena ini hanya ada pada alam nyata saja keterkaitannya, maka bagian ini tidak mu’tabar dalam ilmu logika.

• 𝑳𝒖𝒛𝒖𝒎 𝑫𝒛𝒊𝒉𝒏𝒊𝒚 𝒘𝒂 𝑲𝒉â𝒓𝒊𝒋𝒊𝒚

Luzum ini bisa diartikan “keterkaitan yang ada di akal dan di alam nyata”.

Misalnya dalam hal-hal sederhana, angka satu dan makna ganjil. Di alam nyata kita dapati angka tiga yang ganjil saja. Tidak kita dapati angka tiga yang genap di alam nyata. Begitupun kalau kita nalar atau bayangkan saja.

Itulah jenis-jenis luzum yang ada dalam ilmu logika, tapi tidak semua dijadikan dasar. Yang dijadikan dasar itu hanya: 1) Luzum bayyin bi ma’na al-akhash. 2) Luzum dzihniy. 3) Luzum dzihniy wa khârijiy.

Lebih gampangnya, luzum yang dijadikan dasar ilmu logika itu harus memiliki keterkaitan yang kalau disebut malzumnya, maka terlintaslah lazimnya juga di akal kita. Itupun dengan catatan kalau akal kita tidak boleh menolak keterkaitan itu. Seperti api dan panas, es dan dingin, empat dan genap, dan lain sebagainya.

Sebenarnya kalau kita melihat lagi, luzum itu bisa lebih luas lagi, tapi itu menjadi pembahasan ilmu lain. Sedangkan ilmu logika sendiri, tidak terlalu dalam untuk hal tersebut karena tujuan dari ilmu logika itu, mengatur cara berpikir manusia.

Sebelumnya juga penulis sudah katakan kalau dalalah iltizamiyyah diberi syarat yang cukup ketat. Tiga poin itulah yang menjadi syarat penggunaan dalalah iltizamiyyah. Meskipun dalalah tadhammuniyyah dan iltizamiyyah bisa dipakai dalam percakapan sehari-hari, tapi lebih baik dihindari. Nanti akan jadi permainan kata-kata atau dipakai menyesatkan orang.

Dalalah yang relevan dipakai berdebat adalah dalalah muthabaqah, meskipun dua dalalah lainnya bisa dipakai. Kalau kita memakai dalalah muthabaqah, maka kita bisa menemukan titik terang dari perdebatan maupun diskusi. Beda halnya kan kalau iltizamiyyah atau tadhammuniyyah saja, misalnya dikatakan “Al-Qur’an itu mendukung ektremisme”. Mungkin ungkapan ini akan kontroversial. Tapi, bagaimana pandangan ilmu logika tentang ini?

Memang pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena ketika menyebutkan “Al-Qur’an” hanya sebagiannya saja dimaksud (tadhammun). Yang dilihat hanya ayat-ayat yang berkaitan dengan yang dipahami sebagai pendukung ekstremisme seperti pembunuhan saja, lalu ayat-ayat rahmat tidak dianggap (hanya sebagian dalam Al-Qur’an). Sedangkan pembunuhan atau yang berbau-bau darah itu selalu berkaitan dengan ekstremisme. Dan pada akhirnya dalalah ini dipakai menyesatkan dan bermain kata-kata saja. Memang tidak salah memakai dalalah tadhammuniyyah dan iltizamiyyah, tapi sebaiknya dihindari.

Poin pentingnya adalah, dalalah dalam ilmu logika itu memiliki ruang yang lebih sempit, berbeda dengan ilmu lain. Karena logika itu memiliki misi utama untuk mengatur tata cara berpikir kita, bukan menambah-nambah atau memperkaya makna.

Tags: filsafatlogikapemikiran
Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

RelatedPosts

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya
Ilmu Mantik

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Oleh Muhammad Said Anwar
30 Juni 2024
Kulliy Keempat: Khassah
Ilmu Mantik

Kulliy Keempat: Khassah

Oleh Muhammad Said Anwar
16 Oktober 2023
Kulliy Ketiga: Fashl
Ilmu Mantik

Kulliy Ketiga: Fashl

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Oktober 2023
Kulliy Kedua: Nau’
Ilmu Mantik

Kulliy Kedua: Nau’

Oleh Muhammad Said Anwar
2 Oktober 2023
Psychology Proof Fallacy
Ilmu Mantik

Psychology Proof Fallacy

Oleh Muhammad Said Anwar
1 Oktober 2023
Artikel Selanjutnya
Meninjau Ulang Kata-Kata Mutiara

Meninjau Ulang Kata-Kata Mutiara

Bidang yang Beda

Bidang yang Beda

Tulisan, Ada yang Tiada

Tulisan, Ada yang Tiada

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan