Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Dalalah Bagian Pertama

Dars: Ketujuh

Oleh Muhammad Said Anwar
14 April 2021
in Ilmu Mantik
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

BacaJuga

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Kulliy Keempat: Khassah

Kulliy Ketiga: Fashl

Kulliy Kedua: Nau’

Kata “dalâlah” (دلالة) berasal dari kata dalla – yadullu yang berarti هداية (menunjukkan). Kata dalâlah merupakan bentuk mashdar yang berarti penunjukan. Namun, dalam pembahasan ini, dalalah yang dimaksud adalah menunjukkan kepada sesuatu yang lain.

Ketika anda melihat kekasih anda datang kepada anda lalu wajahnya cemberut, lalu anda bertanya kepadanya “kamu kenapa?” Bisa saja ia hanya menjawab “tidak apa-apa”. Meskipun demikian, wajah yang cemberut itu menunjukkan kepada makna atau sesuatu tersirat yang berkaitan dengan perasaan, entah itu cemburu, marah, dan lain sebagainya. Tanpa anda melihat makhluk yang bernama perasaan itu, anda bisa mengetahui kondisi perasaan itu melalui wajah yang cemberut.

Misalnya lagi, ketika anda mendengar suara orang yang sedang berdialog di lantai satu, sedangkan anda berada di lantai tiga. Tanpa anda perlu turun ke lantai satu, anda sudah mengetahui kalau di sana ada manusia yang hidup di lantai satu.

Dalâlah ini memiliki tiga unsur. Pertama, dâl. Kedua, dalâlah. Ketiga, madlûl. Dâl ini adalah sesuatu yang menunjukkan kepada sesuatu yang lain. Dalâlah ini adalah proses penunjukan kepada sesuatu atau penunjukannya. Sedangkan madlûl, adalah sesuatu yang ditunjuki.

Merujuk pada contoh di atas, wajah cemberut itu adalah dâl, karena dengan adanya wajah cemburut itu, kita bisa memahami sesuatu lain yang ditunjukkan oleh wajah cemberut. Sedangkan suasana hati entah marah, kesal, dan lain sebagainya adalah madlûl. Karena pemahaman kita sampai kepada suasana hati yang buruk itu melalui wajah yang cemberut. Proses kita mengetahui suasana hati yang buruk (madlûl) melalui wajah cemberut (dâl), itu disebut dalâlah.
Para logikawan mendefinisikan dalâlah dengan:

فهم أمر من أمر

Memahami sesuatu melalui sesuatu (yang lain).

Ada juga yang mendefinisikan:

كون الشيء بحالة يلزم من العلم به العلم بشيء آخر

Keberadaan sesuatu yang dengan keberadaannya, menghendaki untuk mengetahui sesuatu yang lain.

Dengan kata lain, hanya dengan mengetahui dâl, maka kita bisa mengetahui madlûl. Itulah yang menjadi titik pembahasan untuk dalâlah ini.

Bagan dalalah


Penunjukan ini mencakup dua hal, yaitu; 1) Penunjukan kepada sesuatu yang diperoleh melalui lafazh. 2) Penunjukan kepada sesuatu tanpa diperoleh melalui lafaz. Maka, yang pertama disebut “dalalah lafziyyah” dan yang kedua disebut “dalalah ghairu lafzhiyyah“. Dalalah lafzhiyyah seperti contoh orang berdialog di lantai satu. Sedangkan dalalah ghairu lafzhiyyah itu, seperti wajah cemberut tadi.

Kemudian, masing-masing dalalah tersebut lagi terbagi menjadi tiga; 1) ‘Aqliyyah. 2) Thabi’iyyah. 3) Wadh’iyyah. Baik lafzhiyyah maupun ghairu lafzhiyyah, memiki pembagian yang sama. Tapi, ada perbedaan dari segi pembagian di dalalah lafzhiyyah wad’iyyah, untuk dalalah ghairu lafzhiyyah, tidak terbagi, sedangkan dalalah lafzhiyyah, masih ada pembagiannya. Itu akan dibahas pada tulisan yang akan datang.

Meskipun sama dari segi pembagian, tapi berbeda dari segi implementasi. Maka, semuanya akan dibahas satu persatu pada tulisan ini.

● 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑳𝒂𝒇𝒛𝒉𝒊𝒚𝒚𝒂𝒉

Sebagaimana sebelumnya diterangkan bahwa dalâlah adalah penunjukan, sedangkan lafzhiyyah berarti berbentuk lafazh. Secara singkat, kita bisa memahami bahwa dalâlah lafzhiyyah adalah mengetahui penunjukan terhadap sesuatu secara lafazh.

Pembahasan dalâlah ini, berfokus kepada penunjukan sesuatu yang diperoleh melalui lafaz. Maka, pembahasan ini tidak mencakup yang tidak diperoleh melalui lafaz. Coba perhatikan contoh yang telah diuraikan di atas tentang orang berbicara di lantai satu.

Contoh lainnya, misalnya anda seorang dokter yang ahli dalam bidang bedah. Kebanyakan bedah yang dilakukan oleh dokter, ia awali dengan suntikan bius supaya pasien tidak merasakan sakit. Ketika anda memasukkan jarum suntik kepada pasien, tiba-tiba pasien dengan spontan mengatakan “aduh”.

Kata “aduh” itu, meskipun diucapkan dengan spontan dan kaget, tetap manghasilkan sebuah makna. Makna yang dihasilkan itulah madlûl, sedangkan lafazh “aduh” adalah dâl.

Lebih jelasnya, dalalah lafzhiyyah akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

– 𝘋𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘓𝘢𝘧𝘻𝘩𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩 ‘𝘈𝘲𝘭𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩

Penunjukan dalalah ini, hanya bisa ditangkap dengan akal. Namun, sekali lagi ini terbatas pada hal-hal yang berwujud lafazh saja, bukan yang lain. Misalnya, anda bekerja pada sebuah perusahaan. Anda duduk manis di kursi menikmati pekerjaan anda sebagai karyawan.

Tiba-tiba anda mendengar dari pintu kantor bos anda suara percakapan dengan intonasi tegas “selama ini, kamu kerja apa saja?!” Apa yang pertama terlintas di kepala anda? Bisa saja lawan bicara itu dimarahi karena tidak becus, bisa juga karena sudah bekerja tapi tidak memuaskan hasilnya, dan lain-lain.

Yang jelas, saat anda mendengar suara itu ada “proses” penunjukan makna kepada sesuatu yang lain. Anda hanya mendengar suara dengan intonasi tegas (dâl) itu, tapi kemungkinan-kemungkinan lain (madlûl) tiba-tiba saja muncul di benak anda.

Jadi, penunjukan dalalah ini bisa ditangkap dengan akal dan terbatas pada lafazh saja.

– 𝘋𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘓𝘢𝘧𝘻𝘩𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩 𝘛𝘩𝘢𝘣𝘪’𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩

Penunjukan makna bagian ini, kita bisa pahami jika disansarkan kepada kebiasaan manusia yang bersifat natural atau alami. Bukan melalui akal. Misalnya, anda seorang anak muda yang kerjaannya melempar pohon mangga tetangga.

Kebanyakan, anak muda melempar pohon mangga supaya mangganya jatuh. Tapi, tiba suatu hari ketika anda melempar mangga tapi batunya terkena orang lain. Secara spontan, orang itu mengeluarkan lafazh “aw” atau “sialan”.

Dari kata “aw” atau “sialan” (dâl) ini bisa menunjukkan kepada sesuatu yang lain seperti orang ink kesakitan atau dalam keadaan kesal (madlûl). Maka dalalah lafzhiyyah thabi’iyyah menunjukkan makna yang disandarkan kepada kebiasaan manusia yang bersifat natural atau alami.

– 𝘋𝘢𝘭𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘓𝘢𝘧𝘻𝘩𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩 𝘞𝘢𝘥𝘩’𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩*

Dalalah ini dipahami melalui konteks kebahasaan. Artinya, untuk mengetahui kaitan antara dâl dan madlûl adalah dengan mengetahui keterkaitan lafazh dâl dan madlûl.

Dengan kata lain, kita memperhatikan antara sebuah lafazh dan sesuatu yang ditunjuk oleh lafazh. Dan bahasa yang dipakai juga adalah yang sudah disepakati, baik oleh para ahli, maupun masyarakat kebanyakan.

Misalnya saya mengatakan “motor” untuk menunjukkan kepada kendaraan yang bermesin dan memiliki dua roda. Saya mengatakan “nasi” untuk menunjukkan beras yang sudah dimasak atau direbus. Dan lain-lain.

Dalam kajian ilmu logika, di antara ketiga dalalah ini, yang menjadi titik fokus ilmu ini adalah “dalalah lafzhiyyah wadh’iyyah“. Mengapa? Karena dua dalalah yang lainnya masih terbatas, tidak berlaku sepanjang masa, dan tidak berlaku untuk semua orang.

Kesimpulannya, dalalah secara umum terbagi menjadi dua, yaitu lafzhiyyah dan ghairu lafzhiyyah. Dalalah lafzhiyyah adalah penunjukan yang bisa dipahami melalui lafazh. Sedangkan dalalah ghairu lafzhiyyah adalah penunjukan yang dipahami tanpa lafazh.

Kemudian, keduanya terbagi lagi menjadi tiga; ‘Aqliyyah yang berarti memahami sebuah penunjukan dengan akal, Thabi’iyyah berarti memahami sebuah penunjukan melalui tabiat atau kebiasaan natural atau alami manusia, dan Wadh’iyyah berarti memahami sebuah penunjukan melalui konteks kebahasaan.

Untuk dalalah ghairu lafzhiyyah dan pembagian dalalah lafzhiyyah wadh’iyyah, akan dibahas pada tulisan yang akan datang.

________________

𝗙𝗼𝗼𝘁𝗻𝗼𝘁𝗲:

Wadh’iyyah berasal dari kata wadh. Berarti meletakkan. Dalam kajian nahwu, wadh berarti:

جعل اللفظ دليلا على المعنى

Sebuah lafazh menjadikan sebuah penunjukan kepada suatu makna.

Maksudnya, anggaplah ada benda yang berupa kendaraan beroda empat. Awalnya belum diberi nama (wadh) mobil. Namun, setelah disepakati oleh para ahli bahasa ataupun orang-orang, maka ia terwadh atau terbentuk kosakatanya dalam bahasa tertentu.

Misalnya lagi, benda yang biasanya dipakai menulis di kertas dan memiliki tinta. Ketika benda ini belum memiliki nama, maka itu disebut “belum terwadh“. Ketika selesai diberi nama “pulpen”, maka itu namanya “sudah terwadh“.

Dengan kata lain, wadh di sini berarti meletakkan atau memberi nama (kosakata) terhadap sesuatu yang belum memiliki nama. Ini tentang wadh secara singkat.

Wallahu a’lam.

Tags: agamabelajarfilsafatkeilmuanlogika
Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

RelatedPosts

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya
Ilmu Mantik

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Oleh Muhammad Said Anwar
30 Juni 2024
Kulliy Keempat: Khassah
Ilmu Mantik

Kulliy Keempat: Khassah

Oleh Muhammad Said Anwar
16 Oktober 2023
Kulliy Ketiga: Fashl
Ilmu Mantik

Kulliy Ketiga: Fashl

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Oktober 2023
Kulliy Kedua: Nau’
Ilmu Mantik

Kulliy Kedua: Nau’

Oleh Muhammad Said Anwar
2 Oktober 2023
Psychology Proof Fallacy
Ilmu Mantik

Psychology Proof Fallacy

Oleh Muhammad Said Anwar
1 Oktober 2023
Artikel Selanjutnya
Rintik Rahasia

Rintik Rahasia

Dalalah Bagian Kedua

Dalalah Bagian Kedua

Dalalah Bagian Ketiga

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan