Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Mengapa Kita Harus Belajar Ilmu Logika?

Dars: Pertama

Oleh Muhammad Said Anwar
28 Maret 2021
in Ilmu Mantik
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Awal-awal saya mendengar ilmu logika atau ilmu mantiq, sekilas tergambar sesuatu yang sangatmenakutkan. Laksana setan jadi-jadian sampai membuat saya tidak mau menyentuh apalagi mempelajari ilmu ini. Seiring berjalannya waktu, saya memberanikan diri untuk menyentuh ilmu ini. Ternyata, ilmu ini tidak segalak yang orang kira. Orang-orang hanya memusuhi dan menghindari apa yang sebenarnya ia tidak ketahui.

Ilmu ini, sangatlah bersahabat dengan akal kita karena kita manusia tentunya memiliki akal yang bisa menerima kaidah yang disusun di dalam ilmu ini. Semua hukum yang dibentuk itu, berdasarkan apa yang akal kita bisa rumuskan bahkan kerap kita temui sehari-hari. Misalnya, hidup dan mati dalam satu waktu tidak mungkin terjadi. Sesulit apakah anda memahami contoh tersebut? Di kehidupan ini kita melihat kalau bukan sesuatu yang mati, pasti sesuatu itu hidup. Itu sudah diuraikan oleh para ahli dalam ilmu ini.

Kita juga mengetahui bahwa akal itu tidak selamanya benar terus, pasti bisa salah. Ditambah lagi manusia yang akalnya itu beda-beda, sudut pandangnya juga begitu. Bahkan, manusia itu sendiri tidak konsisten atau dirinya berubah-ubah dalam menyimpulkan sesuatu. Melihat hal-hal yang seperti itu, maka kita butuh untuk mempelajari kaidah-kaidah yang menyelamatkan kita dari kesalahan berpikir. Ilmu logika inilah isinya mempelajari tentang cara-cara berpikir yang tepat dan kalau kita indahkan, akal kita akan terjaga dari kesalahan berpikir.

Tidak berlebihan jika saya mengatakan kalau alam semesta atau jagad raya sudah ada di akal kita semenjak kita kecil, termasuk ilmu logika ini. Namun, belum terurai. Para ahli menguraikan, mempetakan, dan menyusun dengan rapih agar sesuatu yang belum terurai tadi, menjadi terurai dengan sistematis seperti tata cara berpikir. Berpikir, mungkin saja orang bisa menemukan kesimpulan yang pas terhadap sesuatu tapi butuh waktu lama. Sedangkan orang yang sudah mempelajari ilmu ini, kemungkinan besar ia bisa menyimpulkan sesuatu dengan cepat.

Sebagai bukti bahwa anak kecil pun bisa menerima ilmu ini, cobalah ajarkan anak anda bahwasanya ayah itu lebih tua daripada anak. Sebab anak, tidak mungkin ada tanpa orang tuanya. Akal anak anda akan menerima hal tersebut. Tapi coba katakan kepadanya “anak itu lebih tua daripada ayahnya” setelah anda mengajari bahwa “ayah lebih tua daripada anaknya”, pasti akal anak anda akan menolak hal tersebut. Hanya saja, teori atau hukum akal itu belum terurai pada anak tersebut. Meskipun esensi dari hukum tersebut sudah ada di akalnya.

Kesalahpahaman yang beredar tentang ilmu ini yang mengatakan dapat membuat kita sesat, menjadi atheis, komunis, dan lain sebagainya adalah tidak benar. Ilmu ini bertujuan menghindarkan anda dari kesalahan berpikir saja atau mengantarkan anda kepada kesimpulan yang baru. Adapun darwinisme, marxisme, dan lain sebagainya itu tidak dibahas bahkan pembahasannya tidak ada kaitan dengan ilmu ini.

Sebelum melakukan suatu pekerjaan, pastinya kita harus memiliki konsep yang jelas terhadap sesuatu itu. Misalnya saya yang menulis ini, sudah jauh sebelumnya memiliki alasan dan konsep yang jelas untuk apa menulis. Bisa saja memberi manfaat, membagi ilmu, dan karena memang saya suka menulis. Untuk ilmu logika ini, kenapa kita mesti mempelajarinya?

Jawaban yang paling sederhana adalah, supaya kita bisa terhindar dari kesalahan berpikir. Mungkin akan ada bertanya-tanya, ada orang yang sudah mempelajari ilmu logika tapi masih saja terjebak dalam kesalahan berpikir. Lalu untuk apa lagi belajar ilmu logika? Jawabannya, kalau orang yang mempelajari ilmu logika saja bisa terjebak dalam kesalahan berpikir, apalagi orang yang tidak mempelajarinya. Faktor lain yang bisa menyebabkan itu juga adalah, ia sudah mempelajari ilmu logika, tapi tidak mengindahkan dan mematuhi kaidah-kaidah yang ada di dalamnya.

BacaJuga

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Kulliy Keempat: Khassah

Kulliy Ketiga: Fashl

Kulliy Kedua: Nau’

Dengan ilmu logika ini juga, kita bisa selamat dari paparan hoax, berhubung zaman kita sekarang, hoax ada di mana-mana. Misalnya saja, ada berita beredar bahwa dengan telur, seseorang bisa sembuh dari corona. Sebagai seorang yang mempelajari ilmu logika, pasti akan menguji proposisi bahwa “telur dapat menyembuhkan corona”, pasti kita akan menggambarkan atau mengkonsepsikan telur, menyembuhkan, dan corona terlebih dahulu lalu mencari keterkaitan dari 3 kata kunci itu. Kalau ternyata tidak ada kaitannya setelah kita melakukan pengkajian, lalu ternyata tidak ada keterkaitan, maka informasi yang kita dapatkan adalah hoax. Tentu saja, informasi tersebut tidak bisa kita percaya.

Bahkan, ilmu logika ini bisa mencegah kita dari syubhat dan membuat kita mampu mengokohkan akidah kita. Misalnya, ditengah adanya statement yang beredar “alam itu ada dengan sendirinya, bukan tuhan yang mengadakannya”. Maka kita mengujinya menggunakan silogisme (qiyas):

Premis minor (مقدمة صغرى): Alam itu berubah
Premis mayor (مقدمة كبرى): Segala yang berubah adalah hadits (baru)
Konklusi (نتيجة): Maka alam itu hadits

Hadits (baru) di sini berarti “ada, setelah mengalami ketiadaan”. Maka tidak mungkin sesuatu yang tiada melakukan suatu perbuatan apalagi mengadakan dirinya sendiri. Ini sangat tidak bisa diterima oleh akal kita, maka pasti alam itu ada karena ada yang mengadakan. Kita bisa berkesimpulan bahwa yang mengadakan sesuatu itu adalah tuhan karena tuhan adalah sebab pertama yang melahirkan berbagai akibat.

Maka di sini, penulis akan memperkenalkan 4 kaidah dasar berpikir:

1. 𝑸𝒂𝒏𝒖̄𝒏 𝒂𝒍-𝑯𝒖𝒘𝒊𝒚𝒚𝒂𝒉 (𝑳𝒂𝒘 𝒐𝒇 𝑰𝒅𝒆𝒏𝒕𝒊𝒕𝒚/𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒊𝒑𝒊𝒖𝒎 𝑰𝒅𝒆𝒏𝒕𝒂𝒕𝒊𝒔)

Kaidah ini, semua makhluk yang berakal akan menerimanya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini memiliki identitas. Seperti misalnya ada seseorang yang bernama Said. Orang mengenalnya dengan sosok yang berperawakan tidak tinggi dan tidak pendek, badan yang standar saja, dan rambut yang tidak terlalu panjang lagi lurus. Meskipun si Said itu mengubah bentuk rambutnya menjadi panjang, wajah seperti Lee Min Ho, badan seperti Boyka, orang-orang akan tetap mengenal seseorang bernama Said itu sebagai Said. Karena Said memiliki identitas yang dikenali oleh khayalak luas.

Maka dengan identitas, kita dapat mengenali sesuatu itu dan membedakannya dengan sesuatu yang lain. Semisal kita mengenal pak presiden, kita mengetahui bahwa ada sesuatu yang membedakan beliau dari orang lain, yaitu identitas. Maka dinamakanlah kaidah ini dengan sebutan “kaidah identitas”.

2. 𝑸𝒂𝒏𝒖̄𝒏 ‘𝑨𝒅𝒂𝒎 𝒂𝒍-𝑻𝒂𝒏𝒂𝒒𝒖𝒅𝒉 (𝑳𝒂𝒘 𝒐𝒇 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒓𝒂𝒅𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏/𝑷𝒓𝒊𝒏𝒔𝒊𝒑𝒊𝒖𝒎 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒓𝒂𝒅𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏𝒊𝒔)

Apapun di alam semesta ini, tidak ada yang saling kontradiksi, kalau A+ maka sudah pasti ia bukan A- akal kita pasti menerima itu. Akal kita menolak apabila A+ dan A- dalam satu waktu dan tempat secara bersamaan. Misalnya, hidup dan mati. Tidak mungkin ada seseorang dalam satu waktu dan tempat ia mati sekaligus hidup secara bersamaan. Harus ada yang terjadi, yaitu kalau bukan mati, maka ia hidup. Maka kaidah ini dikenal dengan sebutan “kaidah ketiadaan kontradiksi”.

3. 𝑸𝒂𝒏𝒖̄𝒏 𝒂𝒍-𝑻𝒔𝒂𝒍𝒊𝒕𝒔 𝒂𝒍-𝑴𝒂𝒓𝒇𝒖’/𝑰𝒎𝒕𝒊𝒏𝒂’ (𝑳𝒂𝒘 𝒐𝒇 𝑬𝒙𝒄𝒍𝒖𝒅𝒆𝒅 𝑴𝒊𝒅𝒅𝒍𝒆/𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒊𝒑𝒊𝒖𝒎 𝑬𝒙𝒄𝒍𝒖𝒔𝒊 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒊𝒊)

Bahasa sederhana untuk bagian ini adalah “kaidah jalan tengah terangkat”. Dalam artian, tidak ada kemungkinan ketiga. Bukan juga berarti mengajak kita memiliki pikiran oposisi biner; kalau bukan A maka B, tapi ada variabel yang mengharuskan dua hal yang bertentangan, tidak memiliki kemungkinan ketiga. Seperti, hidup dan tidak hidup. Adapun ketika mempertemukan hitam dan putih, kita perlu membedahnya pada tulisan yang berbeda. Karena jenis kebertentangan dalam ilmu mantik ada empat jenis.

4. 𝑸𝒂𝒏𝒖̄𝒏 𝒂𝒍-𝑺𝒂𝒃𝒂𝒃𝒊𝒚𝒚𝒂𝒉 (𝑳𝒂𝒘 𝒐𝒇 𝑺𝒖𝒇𝒇𝒊𝒄𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒆𝒂𝒔𝒐𝒏/𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒊𝒑𝒊𝒖𝒎 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏𝒊𝒔 𝑺𝒖𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒕𝒊𝒔)

Kaidah ini, sudah umum diketahui oleh setiap orang, bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidaklah mungkin berubah kecuali ada sebab yang mengubahnya. Seperti misalnya ada barang berharga hilang, sudah pasti barang itu hilang karena ada yang menghilangkan, tidak mungkin terjadi sebuah akibat tanpa ada sebab.

Sebagian orang mungkin akan menyangkal keberadaan tuhan dengan kaidah ini. Maka cara untuk membantahnya dengan menggunakan hukum kausalitas (sebab akibat). Memang tuhan ada tanpa ada yang mengadakan, karena tuhan memiliki sifat qadīm (ada tanpa pernah mengalami ketiadaan) maka tuhan adalah sebab pertama (prima causa) yang akan melahirkan banyak akibat. Itulah ciptaannya.

Kaidah ini, bisa disebut dengan kaidah “sebab” karena lebih menekankan sebab kepada sesuatu.

Semoga tulisan ini dapat memprovokasi anda untuk mempelajari ilmu yang sangat berharga ini.

Tags: filsafatlogika
Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

RelatedPosts

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya
Ilmu Mantik

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Oleh Muhammad Said Anwar
30 Juni 2024
Kulliy Keempat: Khassah
Ilmu Mantik

Kulliy Keempat: Khassah

Oleh Muhammad Said Anwar
16 Oktober 2023
Kulliy Ketiga: Fashl
Ilmu Mantik

Kulliy Ketiga: Fashl

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Oktober 2023
Kulliy Kedua: Nau’
Ilmu Mantik

Kulliy Kedua: Nau’

Oleh Muhammad Said Anwar
2 Oktober 2023
Psychology Proof Fallacy
Ilmu Mantik

Psychology Proof Fallacy

Oleh Muhammad Said Anwar
1 Oktober 2023
Artikel Selanjutnya

10 Dasar Sebelum Masuk dalam Ilmu Apapun

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kelampayan), Ulama dan Penulis Mumpuni

Tadarruj, Keharusan dalam Belajar

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan