• Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Senin, November 10, 2025
Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Utama Tulisan Umum

Haruskah Kita Memiliki Spesialisasi?

Muhammad Said Anwar Oleh Muhammad Said Anwar
21 Januari 2022
in Tulisan Umum
Waktu Baca: 5 menit baca
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Kita sekarang berada di era kepakaran itu tidak lagi memiliki harga jual, dia hanya produk kuno yang ditinggalkan puluhan tahun silam. Itu terlihat jelas di mana orang-orang bodoh angkat bicara, netizen berbicara mengenai ilmu apapun seenaknya yan notabenenya bukan kepakarannya. Akhirnya? Yang lahir dari lisan-lisan mereka adalah kesesatan saja. Lihat saja sewaktu Covid-19 itu meledak di seluruh dunia, pakar itu disebut dengan orang yang bersekongkol dengan pemerintah dari negara tertentu untuk menekan populasi dunia, mereka juga disebut sebagai pengkhianat, mengkhianati rakyat yang seharusnya mereka ayomi. Setelah itu, muncullah konspirasi dan cocoklogi yang tidak memiliki dasar. Ironisnya, itu diungkapkan oleh mereka yang tidak percaya dengan pakar dan ahli.

Permasalahannya, apakah orang-orang itu tahu solusinya harus bagaimana? Apakah mereka punya tujuan yang memberi obat, vaksin, atau apalah itu untuk masyarakat secara luas? Atau setidaknya, pernahkah mereka belajar sains secara mendalam sampai berani memproklamirkan diri sebagai orang yang tahu segalanya tentang vaksin baik secara langsung ataupun tidak? Kalau tidak, bagaimana mungkin kita bisa percaya terhadap orang yang tidak tahu apa-apa tentang sesuatu? Sangat tidak masuk akal jika kita percaya dengan orang seperti itu.

Terlepas dari itu, kita bisa menyorot ahli yang berkecimpung di sana. Mereka ahli di bidang “sains”. Tapi, apakah sains sebatas tentang Covid-19 saja? Tidak menyorot yan lain-lain? Jawabannya, sains itu luas, punya speasialisasi yang mendetail. Kalau kita mau lihat sisi lain dari sains, psikologi, astronomi, fisika, dan lain-lain juga ada. Tapi, kok astronom itu tidak menyorot masalah Covid-19 itu? Atau jangan-jangan mereka ketinggalan zaman karena bahasnya seputar antariksa dan lupa dengan perkembangan yang ada di Bumi tempat mereka lahir? Tidak, bukan itu poinnya. Astronom, walaupun mereka tergolong sebagai saintis, tapi mereka punya “daerah kekuasaan” yang berbeda. Ahli kesehatan itu fokus pada bidang yang mereka tekuni, yaitu ilmu kesehatan dan yang berkaitan dengannya. Begitu juga astronom, mereka sibuk dengan ilmu astronomi dan yang berkaitan dengannya.

Kita bisa bertanya lagi, apakah ahli kesehatan itu benar-benar buta dengan ilmu astronomi sebagaimana astronom itu buta dengan ilmu kesehatan? Jawabanya, Tidak. Ibaratnya, orang yang punya spesialisasi itu sudah belajar dan menyaksikan sekian banyak jurus, tapi dia punya jurus andalan. Jurus andalan itulah spesialisasinya. Bruce Lee pernah mengatakan bahwa dia itu takut kepada orang yang melatih satu tendangan dalam seratus hari tapi tidak dengan orang yang mencoba seratus tendangan dalam satu hari. Selain itu, guru kami mengajarkan kalau nanti disebut ilmu jika ada di level mutawassith (pertengahan), bukan pada level mubtadi’ (pemula). Alasannya, manfaat dari sesuatu itu jelas ketika kita sampai di bagian “dalam” dari suatu bidang.

Saya dulu pernah memiliki pandangan kalau memiliki pengetahuan luas itu lebih pendting daripada memiliki pengetahuan yang dalam. Sebelum itu, apa bedanya ilmu yang luas dan dalam? Orang yang memiliki ilmu luas itu adalah orang yang mengetahui konsepsi umum dari banyak bidang dan memiliki banyak maklumat secara acak. Beda kalau orang yang memiliki ilmu yang dalam, dia mengetahui suatu ilmu mulai dari konsep dasarnya, sejarahnya, ahli-ahlinya, jenis-jenis metodologinya, sampai cara menggunakannya juga sampai level profesional. Intinya, jenis yang kedua ini lebih mendetail. Juga, kalau kita melihat dunia industri dan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) kita, itu lebih butuh kepada jenis kedua ini.

Apakah mempelajari ilmu-ilmu lain dilarang? Tentu saja tidak, tidak ada larangan mempelajari sesuatu. Hanya saja, kita seharusnya punya “jurus andalan” yang bisa kita unggulkan dibanding bidang yang lain. Hitung-hitung membentuk identitas kita, juga spesialisasi itu bisa bermanfaat bagi banyak orang. Selain itu, kita hidup di zaman yang orang-orang multi-specialist itu terbilang jarang, mendekati angka punah. Ini juga alasan, kenapa organisasi ada, karena sekarang bukan lagi era di mana orang-orang yang peformanya seperti Imam Al-Ghazali itu terambur-hambur seperti debu di jalan. Sekarang perkembangan menghendaki dan meniscayakan spesialisasi semakin banyak dan semakin susah untuk menguasai semuanya secara kolektif. Pandangan inilah yang membuat saya merevisi pendapat lama saya dan menggabungkannya dengan pendapat baru saya. Jadinya, saya memandang spesialisasi itu sudah seharusnya ada tanpa menafikan membuka mata terhadap ilmu-ilmu lain juga.

Di sini saya memposisikan pengetahuan mendalam ini sebagai wasilah menuju pengetahuan yang luas nan mendalam. Ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Dr. Sameh Abdullah (Guru Besar Hadis Universitas Al-Azhar) bahwa hal yang pertama harus dilakukan oleh seorang pemula adalah membentuk malakah (pengetahuan yang mendarah-daging). Dan perlu digarisbawahi bahwa malakah itu juga pengetahuan yang mendalam. Ini juga tidak lepas dari manfaat yang ada pada pengetahuan yang mendalam itu.

Perlu digarisbawahi juga bahwa keahlian atau spesialisasi itu bisa dibangun lagi. Kalau dari sudut pandang dunia game, spesialisasi itu adalah skill yang masih berstatus locked. Kita harus melewati syarat-syarat tertentu agar statusnya berubah menjadi unlocked. Misalnya saja ushul fikih, dia itu ilmu yang membutuhkan ilmu-ilmu bahasa arab (yang pokok dari 12 cabang), ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu tahshiliy (seperti Musthalah Hadits dan Ulȗm Al-Qur’an) secara mendalam agar bisa membuka ilmu ushul fikih itu secara mendalam. Dalam game Point Blank kalau ilmu seperti ushul fikih itu tergolong sebagai title high class. Artinya, dia membutuhkan ilmu-ilmu tertentu untuk sampai di sana. Dia tidak bisa menjadi malakah di awal-awal.

Melihat ini, sejak tahun pertama di universitas, saya sudah memiliki peta tersendiri. Mulai dari menguasai ilmu logika, kategori, debat, masalah umum, kalam, sampai filsafat secara terperinci. Namun, saya tidak menafikan ilmu lain yang bukan spesialisasi saya. Kalau saya merasa butuh dengan ilmu tertentu, pastilah saya mempelajari ilmu yang di luar spesialisasi saya, seperti Bahasa Arab seperlunya. Setelah itu, kalau saya sudah menyelesaikan perjalanan yang secara umum (kutub al-dirâsah), barulah saya melatih kemampuan atau skill baru lagi. Agar apa? Agar kemampuan itu dibentuk dengan fokus dan hasilnya juga tidak main-main.

Ada manfaat yang saya pribadi sudah dapatkan selama menekuni bidang tertentu secara perlahan. Misalnya saja, secara refleks saya selalu menggunakan apa yang saya sudah pelajari. Seperti ilmu logika yang saya asah secara mendalam, dampaknya saya merasakan kalau pola pikir saya sudah terbentuk, mempelajari ilmu baru jadi enak, bisa juga dengan cepat membaca kelemahan argumen orang lain. Selain itu, dari segi skill, salah satunya menulis yang saya sangat suka, sudah saya lalui selama empat tahun. Tapi, baru dua tahun terakhir saya mendapatkan wadah untuk tulisan itu. Akhirnya? Saya merasa gelisah kalau tidak menulis dalam sehari. Bahkan tulisan ini saya buat di saat orang sedang sibuk (termasuk saya) dalam ujian, sebab saya merasa gelisah tidak menulis dalam rentang waktu yang bagi saya sangat lama.

Jika ilmu bentuk malakahnya terpakai secara refleks, maka dari segi skill santai melakukan suatu pekerjaan plus hasilnya terbilang “lebih” dari orang baru mulai belajar yang kesusahan mengerjakan yang dia pelajari. Tapi perlu diingat bahwa yang mendasari cepatnya terbentuk malakah itu adalah ketertarikan dan cinta.

Sekali lagi, bagi saya pribadi, spesialisasi di era ini sangat penting. Maka kita harus mendalami spesialisasi itu. Tapi, bukan berarti kita melupakan ilmu-ilmu lain, kita hanya perlu tahu tanpa harus menjadi pakar di sana. Juga, bukan berarti kita tidak bisa menumpuk keahlian dan spesialisasi. Sebab, tidak ada orang yang bisa sampai di level ilmu luas plus dalam secara langsung, tapi melewati tahap. Kita harus menuntaskan keahlian satu demi satu, bukan sekaligus. Alhasil, manfaatnya ada dan nyata bagi kita dan orang lain. Sebab, kalau sebatas tahu gambaran umum tok, itu belum memberikan manfaat. Karena kita hanya bisa beretorika dengan itu. Bedanya kalau sudah masuk di bagian yang agak mendetail, di sana baru kita bisa dapatkan manfaatnya. Misalnya saja, kalau kita hanya sekedar tahu tentang kedokteran atau maklumat-maklumat umum, bukan berarti kita langsung menjadi dokter dan legal dalam mengobati pasien. Namanya juga sekedar tahu. Dan ciri khas level pemula (mubtadi’) adalah memiliki gambaran umum terhadap ilmu itu. Belum masuk di sesi argumentasi, asas-asas, dan perdebatan antar konsep.

Bahkan di ujian, saya tidak terobsesi dengan nilai, walaupun nilai saya bisa terbilang lumayan. Sebab, yang saya jagokan di antara mata kuliah hanya dua mata kuliah, yaitu logika dan tauhid. Kalau keduanya masuk di garis aman banget, maka saya tidak perlu lagi khawatir dengan mata kuliah lain, yang jelas tidak semua juga drop nilainya. Begitu keduanya menyentuh nilai maksimal, saya syukuranlah. Ada satu pesan guru saya yang bernama Ust. Hamzah Ki Baderan dulu di pondok adalah “jangan pernah keluar dari rel”. Maksudnya, kalau punya niat baik, usahakan wujudkan niat itu. Begitu juga tujuan, kalau kita sudah menunaikan hak dengan memasang tujuan, maka tanggung jawab kita selanjutnya adalah menunaikannya. Sebagaimana kalau sudah masuk dalam detail-detail sub-sub-sub bab, jangan pernah lupa bahwa kita masih ada dalam suatu bab, kita berada dalam rel (bab), jangan pernah keluar.

Wallahu A’lam

Artikel Sebelumnya

Menemukan Tuhan di Ujian

Artikel Selanjutnya

Santai Saat Ujian?

Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

Artikel Selanjutnya
Santai Saat Ujian?

Santai Saat Ujian?

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Fisika
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sastra Indonesia
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.