Apa yang biasa kamu pikirkan sebelum tidur?
Sesaat sebelum terlelap, pikiran sering kali terbang ke mana-mana. Mengingat kembali kenangan di masa lalu, memikirkan peristiwa yang tadi terjadi pada hari itu, atau mencemaskan masa depanmu yang cerah atau suramnya, tidak seorang pun yang tahu.
Konon katanya, kalau kita memikirkan sesuatu terlalu keras sebelum tidur, maka hal itu akan ikut terbawa ke dalam mimpi kita.
Saya ingin menceritakan untuk kamu tentang suatu mimpi menakjubkan yang dialami oleh Syekh Ahmad Al-Marzuki, seorang ulama terkemuka yang terlahir dari garis keturunan yang mulia.
Malam itu bintang memancarkan cahaya yang indah. Tidak menyilaukan, tapi nyaman dipandang mata. Langit kelabu seakan menjadi bingkai untuk panorama ciptaan Allah Yang Maha Kuasa.
Di atas tanah Makkah, tinggallah seorang laki-laki yang sangat cinta kepada Allah dan Nabi. Lisannya senantiasa dibasahi kalimat zikir dan salawat sepanjang waktu. Hari-harinya ia wakafkan untuk ilmu, dengan belajar dan mengajarkannya. Malam-malamnya berlalu sedangkan dia tenggelam dalam perenungan untuk mendekatkan diri kepada Rabb-nya.
Saya juga tidak tahu, apakah dia punya kesempatan untuk memikirkan hal-hal selain agama sebelum tidur. Hingga pada suatu malam Jumat, 6 Rajab 1258 H, dia dianugerahi mimpi.
Syekh kelahiran Mesir itu melihat sosok pria berwajah cerah dan berseri datang menghampirinya. Pria itu memiliki kharisma yang menentramkan. Dia tidak datang sendiri, melainkan bersama rombongannya.
Sang Syekh kemudian menyadari kalau pria itu adalah leluhur sekaligus manusia paling dicintainya, yaitu Nabi Muhammad Saw. sedangkan rombongan itu adalah para sahabat yang diridhoi oleh Allah Swt.
و قال النبي صلى الله عليه و سلم : ” إقرأ منظومة التوحيد التي من حفظها دخل الجنة و نال المقصود من كل خير وافق الكتاب و السنة “
Lalu Syekh Al-Marzuki mendengarkan kalimat yang indah keluar dari lisan manusia yang paling mulia, “Bacalah manzhumah tauhid yang barang siapa mengahafalnya, maka akan masuk surga dan memperoleh tujuan dari segala kebaikan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah”.
“Bacalah manzhumah tauhid yang barang siapa mengahafalnya, maka akan masuk surga dan memperoleh tujuan dari segala kebaikan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah”.
Keistimewaan nazhom tauhid (kitab tauhid) ini telah terpancar dari sabda Nabi Saw, siapa pun yang menghafalnya maka pintu surga akan dibukakan untuknya. Para malaikat akan mempersiapkan untuknya tempat dan segala fasilitas surga yang tak bisa dibayangkan keindahannya.
Lalu Syekh Marzuki bertanya, “Dan seperti apakah nazhom itu wahai Rasulullah?”
فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” قل : أبدأ باسم الله و الرحمن ” فقال (الشيخُ) : أبدأ باسم الله و الرحمن … إلى آخرها : و هو قوله ” و صحف الخليل و الكليم فيها كلام الحكم العليم
Kemudian Rasullah Saw. berkata, “Ucapkanlah abda’u bismillahi warrahmani”, Syekh Marzuki lalu mengikuti semua perkataan Rasulullah Saw. dari awal sampai akhir, yaitu kalimat: “wa suhuful khalili wan kalimi , fiiha kalamul hakamil ‘alimi”.
Ketika Syekh Marzuki terbangun dari tidurnya, dia kemudian mengucapkan kembali apa yang dia dengar dari Nabi dalam mimpinya. Dan ternyata, semua itu masih tersimpan aman di dalam kepalanya. Dia bisa mengulangi lafaz-lafaz dari nazhom itu dengan lancar tanpa terbata-bata.
Pada Jumat berikutnya, Syekh Marzuki kembali melihat Nabi Saw. di dalam mimpinya. Ia diminta untuk kembali membacakan nazhom itu. Dibacalah kalimat-kalimat indah itu dengan tenang karena bersumber langsung dari hatinya yang bersih. Hingga ketika dia sampai pada bait yang terakhir, Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya melanjutkan dengan berkata, “Aamiin”
Lalu sebagai penutup dari kisah ini, Nabi Saw. membacakan doa,
” وفقك الله تعالى لما يرضيه و قبل منك ذلك و بارك عليك و على المؤمنين و نفع بها العباد, آمين “
“Semoga Allah memberikan taufik kepada apa yang diridhai-Nya, semoga Allah menerimamu atas nazhom tersebut, semoga Allah memberkatimu dan memberkati orang-orang yang beriman, dan semoga nazhom itu bermanfaat bagi umat.”
Inilah rahasia dari keberkahan kitab Aqidah Al-‘Awwam, karena lafaz dan maknanya bersumber langsung dari Nabi yang mulia dan ditulis oleh ulama yang dilimpahi berkah.
Kisah ini terabadikan di muqaddimah Kitab Nur Al-Zhalam ‘Ala Manzhumah Al-Musamma bi Aqidah Al-‘Awwam, kitab yang ditulis Imam Nawawi Al-Jawi (Ulama asal Banten, Indonesia) yang berisi penjelasan lebih mendalam tentang kitab Aqidah Al-Awwam.
Kitab Aqidah Al-Awwam ini kemudian disebarkan dan dipelajari di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Mayoritas pondok pesantren yang ada di Indonesia menjadikan Aqidah Al-Awwam sebagai batu loncatan pertama bagi santri dalam pelajaran akidah.
Semoga Allah memberikan taufik dan kemudahan kepada kita semua dalam belajar dan menyebarkan ilmu. Insya Allah, ramai atau tidak, kita akan tetap lanjut ke part 2 tentang kitab Aqidah Al-‘Awwam.
Terima Kasih.