Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 1)

Oleh Muhammad Said Anwar
25 Juli 2023
in Ilmu Firaq
Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 1)
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Dalam perjalanan dunia intelektual Islam, terma Aswaja (Ahl Al-Sunnah wa Al-Jamâ’ah) merupakan pembahasan yang hampir tidak ada habisnya jika digali. Namun, dalam beberapa catatan riwayat hadis, Islam terbagi menjadi banyak sekte. Dari sekian banyak sekte itu, hanya ada satu yang selamat. Satu sekte ini (dalam penafsiran ulama) adalah Aswaja. Maka orang yang tergolong di dalamya, akan selamat. Bukan hal yang mengherankan jika orang mengafirmasi bahwa dirinya adalah Aswaja. Sebab, siapa yang tidak mau termasuk sekte “selamat” itu?

Seiring berjalannya realitas, orang-orang mulai kehilangan standar untuk mengidentifikasi mana yang hanya sebatas mengaku Aswaja dan mana ideologi yang benar-benar merepresentasikan Aswaja, sehingga orang-orang terjebak dalam gelapan kebingungan. Maka dari itu, penting untuk mengkaji Aswaja kembali, selain sebagai bahan edukasi, tentu bisa juga menjadi bahan refleksi.

Tulisan yang dihadirkan merupakan resume dan ekstraksi dari buku Ahl Al-Sunnah wa Al-Jama’ah; Al-Mafhȗm wa Al-Manhaj wa Al-Khashâ’ish (Aswaja; Konsep, Metode, dan Diferensia) yang ditulis oleh Dr. Farag Muhammad Muralli, Dewan Pengajar Fakultas Ushuluddin; Akidah-Filsafat, Universitas Al-Azhar Tanta.

Dalam buku tersebut, ada tiga fragmen besar; 1) Konsep, 2) Metode, dan 3) Diferensia. Tapi, tulisan ini hanya berkonsentrasi pada poin satu dan tiga, melihat kedua poin itu memiliki tingkat urgensitas tinggi untuk kalangan luas. Adapun poin kedua, akan dibahas secara terpisah, mengingat urgensitasnya lebih tinggi di ruang akademik dan intelek.

Prolog

Dalam mengkaji sebuah terma, kita tidak akan terlepas dari aspek historis. Ini mengingat pemberlakuan (ithlâqât) selain dipengaruhi faktor sosial, politik, juga latarbelakang yang menginterpretasikan terma. Umumnya, terma itu melewati tiga fase; kemunculan, tersebar, dan baku. Jadi, tidak menutup kemungkinan, pemberlakuan istilah Aswaja pada masa lalu, berbeda dengan hari ini.

Oleh karena itu, kita akan mengkaji Aswaja mulai dari spektrum titik stimulus awal sampai evolusi makna detik ini.

Titik Awal; Hadis Iftirâq (Seputar Sekte)

BacaJuga

Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 2)

Hadis seputar sekte ini sangat populer, karena banyak yang menyuarakannya. Hadis ini juga yang menjadi pijakan para pakar Aswaja untuk mengafirmasi bahwa hanya mereka yang selamat. Ini juga yang menjadi titik awal perjalanan ilmu al-firaq al-islamiyyah (sekte Islam).

Hadis-hadis seputar sekte ini memiliki banyak riwayat. Namun, satu dengan riwayat lain memiliki perbedaan mengenai penggunaan diksi, penyebutan jumlah sekte, dan sifat khusus pada setiap sekte. Ada yang menyebutkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan sebutan gamblang; Yahudi atau Nasrani. Ada juga yang menghimpun keduanya dalam istilah Bani Israil atau Ahl Al-Kitâb. Ada juga penyebutan sifat pada satu sekte, tapi tidak terdapat dalam riwayat lain. Termasuk perbedaan dalam menyebutkan jumlah. Ada riwayat yang menyebutkan Yahudi terbagi menjadi 71 sekte, ada juga riwayat yang menghimpun keduanya (Yahudi dan Nasrani) dalam terma Ahl Al-Kitâb kemudian dinyatakan ada 71 sekte.

Melihat adanya riwayat yang demikian, ulama berbeda pendapat, apakah penyebutan jumlah itu menunjukkan rasio kebanyakan (taktsîr) atau menunjukkan jumlah pasti (al-hashr)? Maka dari itu, kita akan melihat riwayat-riwayat yang dimaksud terlebih dahulu.

Riwayat-Riwayat Hadis Iftirâq

  • Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda:

افترقت اليهود على إحدى وثنتين وسبعين فرقة, وتفرقت النصارى على إحدى وثنتين وسبعين فرقة, وتفرق أمتى على ثلاث وسبعين فرقة

“Orang Yahudi terpecah menjadi 71 sekte, orang Nasrani terpecah menjadi 72 sekte, dan umat-Ku (Islam) akan terpecah menjadi 73 sekte.” (HR. Abu Dawud: 4596, Al-Tirmidzi: 2640, Ibnu Majah: 3991, Al-Hakim: 10).

  • Dari Anas bin Malik Ra., Rasulullah Saw. bersabda:

إن بني إسرائيل افترقت على إحدى وسبعين فرقة, وإن أمتي استفترق على على ثنتين وسبعين فرقة, كلها في النار إلا واحد وهي: الجماعة

“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 sekte dan umat-Ku akan terpecah menjadi 72 sekte. Semuanya masuk neraka, kecuali satu (sekte): al-jama’ah.” (HR. Ibnu Majah: 3993 dan Ibnu Abi Ashim: 64).

Hadis ini menyebutkan orang Yahudi dan Nasrani dengan sebutan Bani Israil. Sekte yang disebut Bani Israil ini kemudian terpecah menjadi 71 sekte. Umat Nabi Muhammad Saw., terpecah menjadi 72 sekte. Semuanya sesat, kecuali satu sekte yang bernama al-jama’ah.

  • Dari Auf bin Malik Ra., Rasulullah Saw. bersabda:

افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة, فواحد في الجنة, سبعون في النار, وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين فرقة, فإحدى وسبعون في النار, وواحد في الجنة, والذي نفس محمد بيده, لتفترقن أمتي على ثلاث وسبعين فرقة, فواحد في الجنة, وثنتان وسبعون في النار. قيل: يا رسول الله, من هم؟ قال: الجماعة

“Orang Yahudi terpecah menjadi 71 sekte, satu (sekte) di surga dan 70 (sekte) di neraka. Orang Nasrani terpecah menjadi 72 sekte. 71 (sekte) di neraka dan satu (sekte) di surga. Demi (Tuhan) yang jiwa-Nya (Sayyidina) Muhammad berada di yad-Nya! Sungguh umat-Ku akan terpecah menjadi 73 sekte. Satu (sekte) di surga dan 72 (sekte) di neraka.” Ada yang bertanya: “Siapa mereka, duhai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Al-Jama’ah.” (HR. Ibnu Majah: 3992).

Dalam hadis ini disebutkan bahwa Yahudi terbagi menjadi 73 sekte, Nasrani 72 sekte, dan Islam menjadi 71 sekte. Semuanya masuk neraka, kecuali satu sekte: al-jamâ’ah.

  • Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Ra.:

ألا إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قام فينا, فقال: ألا إن قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة, وإن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين: ثنتان وسبعون في النار, وواحدة في الجنة وهي الجماعة

“Sungguh Rasulullah Saw. berdiri di tengah-tengah kami, lalu beliau bersabda: Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang ahl al-kitâb sebelum kalian terpecah menjadi 72 sekte. Dan sekte (dalam agama) ini, terpecah menjadi 73 sekte: 72 (sekte di neraka) dan satu (sekte) di surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud: 4597 dan Ahmad bin Hanbal: 16937).

Dalam hadis ini, Yahudi dan Nasrani disifati dengan ahl al-kitâb dan mereka terpecah menjadi 72 sekte. Sedangkan Islam ada 73 sekte. 72 sekte sesat kecuali satu: al-jamâ’ah.

  • Dari Abu Umamah Ra., Rasulullah Saw bersabda:

افترقت بنو إسرائيل على إحدى وسبعين فرقة, أو قال: اثنتين وسبعين فرقة, وتزيد هذه الأمة فرقة واحد, كلها في النار إلا السواد الأعظم

“Bani Israil terpecah menjadi 71 sekte atau 72 sekte. Umat ini ditambah satu sekte. Semuanya di neraka, kecuali al-sawâd al-a’zham” (HR. Ibnu Abi Ashim: 64 dan Al-Thabrani: 7202)

Dalam hadis ini, ada dua kemungkinan terkait sekte Bani Israil. Bisa saja 71, bisa juga 72. Umat Islam, ditambah satu; bisa saja 71 ditambah satu atau 72 ditambah satu. Semuanya masuk neraka, kecuali satu: al-sawâd al-a’zham.

  • Dari Abdullah bin Amr bin Auf bin Zaid, dari ayahnya, dari kakeknya Ra.:

كنا قعودا حول رسول الله صلى الله عليه وسلم في مسجده, فقال: لتسلكن سنن من قبلكم حذو النعل بالنعل, ولتأخذن مثل أخذهم إن شبرا فشبر, ذراعا فذراع, وإن باعا فباع, حتى لو دخلو حجر ضب دخلتم فيه, ألا إن بني إسرائيل افترقت على موسى على إحدى وسبعين فرقة كلها ضالة إلا فرقة واحدة الإسلام وجماعتهم, وإنها افترقت على عيسى ابن مريم على إحدى وسبعين فرقة كلها ضالة إلا فرقة واحدة الإسلام وجماعتهم, ثم إنهم يكونون على اثنتين وسبعين فرقة كلها ضالة إلا فرقة واحدة الإسلام وجماعته

“Kami duduk di sekitar Rasulullah Saw di dalam masjid-Nya, beliau bersabda: Sungguh kalian akan mengikuti orang-orang sebelum kalian, langkah demi langkah, kalian akan melakukan sebagaimana mereka melakukan sesuatu, sejengkal demi sejengkal, siku demi siku, dan menjual sebagaimana mereka menjual. Sampai jika mereka masuk ke lubang dhabb, maka kalian akan masuk ke dalam lubang itu juga. Ketahuilah! Sesungguhnya Bani Israil meninggalkan Nabi Musa As. (terpecah pula) menjadi 71 sekte. Semuanya sesat kecuali satu sekte: Islam dan jama’ahnya. Mereka juga meninggalkan Nabi Isa As. (terpecah pula) menjadi 71 sekte. Semuanya sesat kecuali satu (sekte); Islam dan jama’ahnya. Mereka kemudian berjumlah 72 sekte. Semuanya sesat kecuali satu sekte; Islam dan jama’ahnya.” (HR. Al-Hakim: 445 dan Ibn Abi Ashim: 45).

Pandangan Ulama

Dalam melihat hadis ini, ulama berbeda pendapat. Apakah nominal jumlah dalam hadis tersebut menunjukkan rasio kebanyakan (taktsîr) atau menunjukkan jumlah pasti (al-hashr)? Di sini ada dua pendapat.

Pendapat Pertama

Sekte pertama melihat bahwa penyebutan jumlah sekte dalam hadis itu bermakna jumlah pasti (al-hashr). Mereka menganggap ada sekte induk (ummahât) dan cabang (furȗ’). Sekte induk jumlahnya sedikit, sedangkan sekte cabang ini kemudian terbagi menjadi banyak, sehingga mencapai jumlah 72. Sedangkan sekte ke-73 adalah sekte yang selamat (al-firqah al-nâjiyah).

Sebagai contoh, Ibnu Battah Al-‘Akbari menulis riwayat pendapat dari Abdullah bin Mubarak dalam Al-Ibânah Al-Kubrâ, bahwa ada empat sekte induk. Pertama, Syi’ah, kedua, Al-Hururiyyah, ketiga, Qadariyyah, dan keempat, Murji’ah. Syi’ah memiliki 22 sekte, Al-Hururiyyah memiliki 21 sekte, Qadariyyah memiliki 21 sekte, dan Murji’ah memiliki 23 sekte. Totalnya ada 72 sekte.

Abdul Qahir Al-Baghdadi menulis dalam Al-Farq baina Al-Firâq bahwa seluruh sekte dalam Islam itu ada 73 sekte. 72 sekte sesat. Sekte sesat yang dimaksud adalah 20 sekte dari Rafidhah, 20 sekte dari Khawarij, 20 sekte dari Qadariyyah, 10 sekte dari Murji’ah, dan tiga dari Najjariyyah, Bakriyyah, Dharariyyah, Jahmiyyah, dan Karamiyyah, semuanya berjumlah 72 (ini dengan pemetaan sekte induk dan cabang). Sedangkan sekte ke-73 adalah Aswaja.

Pendapat Kedua

Sekte ini menegaskan bahwa penyebutan jumlah itu bukan jumlah pasti, melainkan menunjukkan rasio kebanyakan (taktsîr).

Imam Fakhruddin Al-Razi dalam I’tiqâdât Firaq Al-Muslimîn wa Al-Musyrikîn menulis sebuah dialog imajiner. Pertanyaan itu berbunyi: “Sekte yang kita hitung ini jumlahnya melampaui 73 sekte, sedangkan Rasulullah Saw. tidak pernah mengatakan mengenai jumlah sekte yang melewati jumlah itu. Bagaimana kita meyakini (hadis) itu?” Beliau menjawab bahwa tidak ada masalah jika jumlah sekte itu melampaui jumlah 73 sekte, tapi tidak bisa diterima jika di bawah 73 sekte. Pun, sekte yang dimaksud oleh Rasulullah Saw., kata Imam Al-Razi adalah sekte induk. Bahkan, terdapat satu sekte dalam Rafidhah yang bernama Imamiyyah yang memiliki 73 sekte.

Syekh Khalil Ahmad bin Saharanpuri dalam buku Badzl Al-Majhȗd fi Hall Sunan Abi Dawud menulis bahwa sebutan jumlah dalam hadis-hadis iftirâq itu menunjukkan makna jumlah banyak, bukan jumlah pasti. Sebab, jika semua sekte dilihat, tanpa memperhatikan mana sekte induk dan cabang, maka akan didapati lebih dari 100 sekte. Sedangkan jika redaksi hadis itu dibawa ke konteks sekte induk, bisa saja bermakna jumlah pasti.

Dr. Farag Muhammad Muralli condong kepada pendapat kedua. Beliau menyatakan bahwa jumlah sekte itu dicukupkan saja (sebagaimana penyebutan angka dalam hadis), tapi tidak kurang. Jika banyak, maka tidak ada masalah.

Kemudian, dari hadis-hadis, terdapat banyak penyebutan al-jamâ’ah dan terdapat juga istilah al-sunnah yang disematkan kepada sekte Aswaja. Apa itu al-sunnah? Apa itu jamâ’ah? Dan apa itu Ahl Al-Sunnah wa Al-Jamâ’ah? Akan dibahas pada tulisan yang akan datang, insya Allah.

Wallahu a’lam

 

Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

RelatedPosts

Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 1)
Ilmu Firaq

Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 2)

Oleh Muhammad Said Anwar
3 Agustus 2023
Artikel Selanjutnya
Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 1)

Aswaja; Apa dan Siapa? (Bag. 2)

Kulliyyah dan Juz’iyyah

Kulliyyah dan Juz’iyyah

Al-Ma’lum; Antara Asy’ariyyah, Muktazilah, dan Filusuf

Al-Kulliyyât Al-Khamsah

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan