Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Mengenal Kulliy dan Juz’iy

Oleh Muhammad Said Anwar
4 Maret 2023
in Ilmu Mantik
Mengenal Kulliy dan Juz’iy

Source: https://www.bibalex.org/SCIplanet/en/Article/Details?id=15801

Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Sebelumnya, kita telah membahas tentang dalâlah, lalu lafaz beserta hal-hal yang mungkin saja terjadi padanya. Sekarang kita membahas dari segi cakupan universalnya maupun partikularnya, yaitu kulliy dan juz’iy.

Dalam keseharian juga kita kerap melontarkan kata-kata yang tidak mencegah munculnya perserikatan antara universal dan partikular. Seperti kata-kata tumbuhan, hewan, dan lain-lain.

Kita juga telah membahas seperti apa universal (kulliy) dan partikular (juz’iy) ini. Kali ini, semakin mengerucut konsepnya. Kalau disebut kata tanaman, seketika akal Anda akan menunjuk kepada individu yang banyak. Entah itu sayur-sayuran, pepohonan, dan lain sebagainya yang masih bisa dikatakan sebagai tanaman.

Bahasa yang lebih sederhana dari kata kulliy adalah umum, sedangkan juz’iy adalah khusus. Lebih lanjutnya, yang disebutkan hanya “tanaman”, pada saat bersamaan semua individu-individu atau hal-hal yang tercakup dengan kata tanaman ini juga terlintas di akal Anda dan Anda tahu semua cakupan-cakupan tersebut memiliki “keberlakukan” tanaman. Lebih sederhananya, semua cakupan tersebut adalah tanaman juga.

Contoh lain, kata “pelajar”. Nah, pelajar ini sangat umum dan mencakup banyak individu di bawahnya, akal akan membayangkan orang-orang tertentu yang memiliki status sebagai pelajar, seperti Ridha, Fauzan, Fathan, Ihsan, Fatih, Fikar, Alwi, Ilfan, dan lain-lain.

Walaupun Anda menyebut pelajar dan memaksudkan hanya satu orang tertentu, setidaknya Anda tahu bahwa pelajar itu ada banyak orang yang dicakup mau itu pelajar di Hongkong, China, Mesir, dan lain-lain. Orang-orang inilah yang dimaksud dengan individu-individu (afrâd) atau disebut juga particular (juz’iy) sebagai bagian dari sesuatu yang universal.

Sederhananya, kata pelajar ini umum, hanya dengan membayangkan makna pelajar ini, maka terlintas juga individu di bawahnya.

Dalam pandangan ilmu mantik, kalau ada kata yang kalau kita bayangkan lalu akal kita tidak mencegah adanya persekutuan atau keterbilangan, atau bahasa lebih mudahnya, akal kita masih menerima kalau kata itu memiliki persekutuan, maka itulah disebut kulliy. Kulliy berarti universal, berlaku bagi banyak individu, sekalipun individu itu hanya ada di akal.

BacaJuga

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Kulliy Keempat: Khassah

Kulliy Ketiga: Fashl

Kulliy Kedua: Nau’

Beda halnya dengan juz’iy ini, akal akan mencegah adanya persekutuan atau keterbagian. Kalau kita misalnya mengatakan “Ilfan, teman kamu yang namanya Fatih itu baik banget, banyak membantu saya”. Mau tidak mau, akal Anda tertuju kepada seseorang yang bernama Fatih sebagai temannya Ilfan.

Memang kalau kita pikir lagi, tidak harus seseorang yang bernama Fatih itu, sebagai temannya Ilfan atau orang baik yang banyak membantu saya, tapi setidaknya ketika disebutkan Fatih, maka akan menunjuk kepada individu tertentu, entah dia sebagai teman Ilfan, dokter, pelajar, atau tukang sapu, yang jelas menunjuk kepada seseorang yang bernama Fatih.

Pada saat itu juga, akal kita akan tercegah terjadinya perserikatan atau lebih jelasnya, keterbagian dari “Fatih” ini. Mengapa? Karena ketika kita menyebutkan Fatih, hanya satu orang saja yang dimaksud. Yaitu seseorang yang bernama Fatih.

Beda halnya dengan yang pertama tadi, ketika pelajar itu disebutkan, maka akal kita tidak mencegah atau menerima adanya perserikatan yang di mana setiap individu yang ada di bawah kata pelajar ini, dan salah satu yang ada di bawah kata pelajar ini adalah Fatih.

Jika pelajar umum, maka Fatih ini khusus. Jika pelajar universal, maka Fatih ini partikukar. Jika pelajar ini kulliy, maka Fatih ini juz’iy.

Itu sekedar gambaran umum tentang kulliy dan juz’iy. Selanjutnya, masuk ke dalam definisi, dan apa tolak ukurnya. Bagian ini sangatlah penting. Mengapa? Karena bagian inilah yang mengantarkan kita untuk memahami lima komponen penyusun definisi (Kulliyyât al-khamsah).

Bagan Kulliy dan Juz’iy
  • Definisi

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas kalau kulliy itu umum atau universal. Sedangkan juz’iy itu khusus atau partikukar.

  • Kulliy:

ما لا يمتنع صدقه على كثير ولو بالفرد

Kulliy adalah lafaz atau pemahaman kita terhadap sesuatu yang bisa berlaku bagi banyak individu, walaupun (keberlakuan tersebut) hanya ada dalam bayangan atau di akal kita saja.

  • Juz’iy

ما يمتنع صدقه على كثير ولو بالفرد

Juz’iy adalah lafaz atau pemahaman kita terhadap sesuatu yang tidak berlaku lebih lebih dari satu, walaupun (keberlakuan itu) hanya ada dalam bayangan atau akal saja.

Contohnya seperti di atas lagi, pelajar itu berlaku bagi banyak individu, sedangkan Fatih hanya berlaku pada individu tertentu saja, yaitu dirinya saja. Maka kata pelajar termasuk kulliy, sedangkan Fatih termasuk juz’iy.

Atau contoh lain, kata “wanita”. Nah, wanita ini mencakup sangat banyak individu, ada wanita muslimah, ada wanita penjual bakso, wanita yang mengurus anak, wanita yang menjadi ibu, dan lain-lain. Wanita ini termasuk kulliy, karena dia mencakup banyak individu di bawahnya. Sedangkan, wanita muslimah, ini juz’iy. Mengapa muslimah bisa menjadi juz’iy? Karena muslimah di sini menjadi khusus atau pengkhusus makna kata pertama. Buktinya, ketika disebut wanita muslimah, maka yang bukan muslimah, tidak termasuk.

Ada yang perlu diingat di sini, bahwa yang menjadi tolak ukur kulliy atau juz’iy ini, bukan keberadaannya di kenyataan. Walaupun memang ada pembahasan khusus kulliy berdasarkan eksistensinya di alam nyata, tapi yang menjadi tolak ukur adalah konsepsi atau tashawwur kita terhadap sesuatu itu.

Maka, tidak sedikit dalam dunia pemikiran, kita membahas sesuatu yang tidak ada di alam nyata, tapi kita menggunakan kulliy dan juz’iy. Mengapa? Karena sudah dijelaskan tadi bahwa tolak ukur sesuatu bisa menjadi kulliy dan juz’iy, adalah tashawwur–nya. Bukan eksistensinya di alam nyata.

Maka para ahli membagi kulliy dalam beberapa bagian yang akan diulas pada tulisan akan datang. Juz’iy juga memiliki pembagian, yaitu; 1) Juz’iy haqiqiy. 2) Juz’iy idhâfiy.

○ Juz’iy Haqiqiy dan Juz’iy Idhâfiy

Singkatnya, juz’iy haqiqiy ialah juz’iy yang benar-benar juz’iy, benar-benar tulen, tidak dimasuki unsur ke-kulliy-an. Beda dengan juz’iy idhâfiy, memang dia menjadi juz’iy, tapi di saat bersamaan, dia menjadi kulliy juga.

Misalnya, kata “hewan” dalam bahasa Arab yang mencakup “manusia” dan “binatang”. Nah, “manusia” lagi (di samping ia menjadi juz’iy) ia terbagi lagi, kepada Fatih, Ilfan, Rijal, dan lain-lain. Kalau kita melihat kata Fatih, akal kita tidak menerima perserikatan. Maka inilah yang disebut juz’iy haqiqi karena tidak dimasuki unsur ke-kulliy-an.

Beda halnya dengan manusia, memang manusia di sini menjadi juz’iy bagi hewan, tapi menjadi kulliy bagi Fatih. Di saat dia menjadi juz’iy, di saat bersamaan dia menjadi kulliy. Kalau ditinjau dari yang di atasnya, maka dia menjadi juz’iy, kalau melihat yang di bawahnya, maka dia menjadi kulliy. Sederhananya, seperti inilah juz’iy idhâfiy.

Intinya, juz’iy haqiqiy itu adalah juz’iy yang benar-benar juz’iy, tidak bisa terbagi lagi. Sedangkan juz’iy idhâdiy, di samping ia menjadi juz’iy, dia juga menjadi kulliy atau dimasuki untuk ke-kulliy-an.

Tags: agamabelajarfilsafatlogika
Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

RelatedPosts

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya
Ilmu Mantik

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Oleh Muhammad Said Anwar
30 Juni 2024
Kulliy Keempat: Khassah
Ilmu Mantik

Kulliy Keempat: Khassah

Oleh Muhammad Said Anwar
16 Oktober 2023
Kulliy Ketiga: Fashl
Ilmu Mantik

Kulliy Ketiga: Fashl

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Oktober 2023
Kulliy Kedua: Nau’
Ilmu Mantik

Kulliy Kedua: Nau’

Oleh Muhammad Said Anwar
2 Oktober 2023
Psychology Proof Fallacy
Ilmu Mantik

Psychology Proof Fallacy

Oleh Muhammad Said Anwar
1 Oktober 2023
Artikel Selanjutnya
Kulliy dan Juz’iy; Perspektif Eksistensi Individu

Kulliy dan Juz'iy; Perspektif Eksistensi Individu

Bagaimana Saya Membaca Buku?

Bagaimana Saya Membaca Buku?

Nuktah Pertama; Tuhan, Butuh Pembuktian?

Nuktah Pertama; Tuhan, Butuh Pembuktian?

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan