Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-โ€˜Umศ—r Al-โ€˜Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Mengenal Tashawwur dan Tashdiq

Dars: Keenam

Oleh Muhammad Said Anwar
30 Maret 2021
in Ilmu Mantik
Mengenal Tashawwur dan Tashdiq
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah membahas konsep ilmu mulai dari wasilah atau media hingga tingkatan-tingkatannya. Kali ini kita akan membahas pembagian ilmu yang lain dan tashawwur (konsepsi) dan tashdiq (penghukuman/pembenaran).

โ— ๐‘ท๐’†๐’Ž๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š๐’‚๐’ ๐‘ฐ๐’๐’Ž๐’– ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐‘ณ๐’‚๐’Š๐’

 

Ilmu itu terbagi menjadi dua, yaitu qadรฎm dan hรขdits. Qadรฎm (ู‚ุฏูŠู…) secara bahasa berarti sesuatu yang lama atau tua. Namun, yang dimaksud dengan qadรฎm di sini adalah ilmunya Allah yang tak pernah mengalami ketiadaan atau tak memiliki permulaan. Pengetahuannya itu tak terbatas dan ia maha tau tanpa pernah mengalami ketidaktahuan, sebagaimana dzat-Nya yang ada tanpa pernah mengalami ketiadaan. Ilmu ini tidak terbagi karena Allah dan ilmu-Nya maha suci dari pembagian.

Sedangkan ilmu hรขdits ini adalah ilmu yang dimiliki oleh makhluk. Sesuai namanya, hรขdits (ุญุงุฏุซ) berarti baru. Keberadaannya itu setelah mengalami ketiadaan. Dengan kata lain, pengguna ilmu ini pernah mengalami ketidaktahuan.

Jadi, ketika qadรฎm disebutkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan maka yang dimaksud adalah azali atau kekal. Sedangkan ketika disebutkan hadรฎts lalu dipasangkan dengan qadรฎm maka yang dimaksud adalah hal-hal yang baru atau tidak kekal.

โ— ๐‘ป๐’‚๐’”๐’‰๐’‚๐’˜๐’˜๐’–๐’“ ๐’…๐’‚๐’ ๐‘ป๐’‚๐’”๐’‰๐’…๐’Š๐’’

BacaJuga

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Kulliy Keempat: Khassah

Kulliy Ketiga: Fashl

Kulliy Kedua: Nau’

Tashawwur dan tashdiq telah dijelaskan dan digambarkan konsep umumnya pada tulisan-tulisan sebelumnya. Bagi yang belum mengetahuinya, silahkan buka kembali tulisan-tulisan yang telah lewat seputar 10 poin penting mempelajari ilmu logika, khususnya di bagian definisi esensialnya.

โ—‹ ๐™๐™–๐™จ๐™๐™–๐™ฌ๐™ฌ๐™ช๐™ง (๐™ ๐™ค๐™ฃ๐™จ๐™š๐™ฅ๐™จ๐™ž)

Ketika saya berbaring sambil menuliskan sesuatu, di saat bersamaan saya menatap monitor saya. Tiba-tiba ada yang bilang ke saya melalui chatting “eh, buku kamu yang ketinggalan kan?” tiba-tiba terbayang di benak saya sebuah “buku yang saya punya”. Padahal ini lewat chattingan dan saya tidak melihat wujud buku saya secara fisik dan nyata.

Bayangan kita tentang buku itulah yang disebut dengan tashawwur. Pengetahuan kita tentang sesuatu tanpa disertai penghukuman, itulah yang disebut dengan tashawwur. Lebih jelasnya, tashawwur secara bahasa berarti menggambarkan. Seakan memberitahu kita bahwa ketika ada kata tashawwur, akan bersangkut paut dengan sesuatu yang digambarkan. Secara istilah adalah:

ุฅุฏุฑุงูƒ ุงู„ุดูŠุก ู…ุน ุนุฏู… ุงู„ุญูƒู… ุนู„ูŠู‡

Penghukuman terhadap sesuatu bersamaan juga tidak ada penghukuman terhadap sesuatu itu.

Jadi sekedar tau tentang buku tersebut tanpa ada atribut penghukuman seperti buku itu besar, “buku itu kecil”, “buku itu tebal”, yang jelas buku saja yang terlintas di akal anda, seperti itulah tashawwur.

Namun, perlu diingat bahwa bukan mufrad saja yang menjadi satu-satunya tashawwur, tapi bisa juga ketika berbentuk seperti “rumahnya tetangga”, “minumannya tukang”, “buku saya”, dan lain sebagainya. Memang rangkaian tersebut terdiri atas dua kata, tapi tidak ada unsur penghukuman. Dalam kaidah-kaidah bahasa arab, rangkaian tersebut dikenal dengan sebutan murakkab idhafiy.

Atau bisa jadi juga terdiri atas dua kata, disertakan atribut, tapi karena tidak ada unsur penghukuman, maka tetap digolongkan sebagai tashawwur. Seperti: “perempuan yang kalem”, “doi yang baik”, “rumah yang baru”, dan lain sebagainya.

Meskipun tersusun, tetap dinamakan tashawwur, karena tidak ada unsur penghukuman di dalamnya. Dalam ilmu bahasa arab, rangkaian ini dinamakan murakkab taushifiy. Memang atributnya ada, tapi ia hanya datang sebagai sifat.

Sama halnya kalau termasuk dalam bentuk kalimat perintah atau larangan, sekalipun tersusun, ia juga dinamai tashawwur karena tidak ada unsur penghukuman di dalamnya. Seperti ketika anda berkata: “sayang, jangan tinggalkan aku.” Atau “kasih, izinkan aku menjadi ayah bagi anak-anak kita.” Atau pengandaian “Tuhan, andaikata aku menjadi menantu ibunya.” Semua ini masih tashawwur.

Alasannya, sekali lagi, tidak ada unsur penghukuman. Dengan kata lain, tidak bisa diuji benar atau salahnya. Dalam ilmu bahasa arab, rangkaian tersebut dinamakan murakkab insya’i.

Atau bisa jadi juga ada kalimat yang sudah sempurna, ada objek penghukuman, ada atribut, dan ada unsur penghukuman. Tapi kebenaran kalimat tersebut diragukan. Maka namanya tetap tashawwur. Misalnya: “Penjual bakso depan rumah saya adalah Nabi.” Nanti dikatakan tashdiq ketika seseorang sudah yakin atau percaya terhadap penghukumannya.

Maka dapat disimpulkan bahwasanya tashawwur itu adalah gambaran kita terhadap sesuatu. Iya, sebatas gambaran. Sementara tashdiq adalah pembenaran kita terhadap sesuatu baik secara positif maupun negatif.

โ€ข ๐‘ท๐’†๐’Ž๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š๐’‚๐’ ๐’•๐’‚๐’”๐’‰๐’‚๐’˜๐’˜๐’–๐’“

Tashawwur terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah tashawwur dharuriy (konsepsi-aksiomatik) dan tashawwur nazhariy (konsepsi-spekulatif). Dengan kata lain, tashawwur dharuriy anda dapat menerima kebenarannya tanpa membutuhkan waktu berjam-jam atau menerima dalam waktu yang sangat singkat. Sedangkan tshawwur nazhariy, anda membutuhkan penalaran untuk menerima kebenarannya.

Contoh untuk tashawwur dharuriy itu, ketika ada anda hanyut dalam rindu terhadap kekasih anda. Tiba-tiba ada yang datang kepada anda lalu menyebutkan nama kekasih anda. Lalu terbayanglah kekasih yang anda rindukan itu. Tentu saja anda tidak butuh waktu lama-lama untuk membayangkannya.

Contoh lainnya, ketika anda membayangkan sate sapi. Anda tidak butuh waktu yang lama untuk membayangkan daging terpotong-potong kecil ditusuk yang dimatangkan dengan cara dibakar. Ada banyak contoh-contoh lain yang sering kita temui di keseharian kita.

Contoh untuk tashawwur nazhariy itu, ketika anda mencoba membayangkan malaikat. Anda membayangkan malaikat itu bereujud cahaya, berwarna putih, dan memiliki sayap. Padahal belum tentu juga malaikat itu sesuai dengan yang anda bayangkan.

Misalnya lagi ketika anda mencoba membayangkan jin. Muncullah bayangan-bayangan di akal anda bahwa jin itu memiliki tanduk, berwarna merah, dan memiliki wajah yang menakutkan. Meskipun wujud jin sebenarnya belum tentu sesuai dengan yang anda bayangkan.

Kesimpulannya, tashawwur dharuriy itu ketika kita mengkonsepsikan sesuatu dan kita tidak butuh waktu lama untuk memikirkannya. Sedangkan tashawwur nazhariy itu ketika kita mengkonsepsikan sesuatu dan kita butuh waktu untuk menalarnya.

โ—‹ ๐™๐™–๐™จ๐™๐™™๐™ž๐™ฆ (๐™‹๐™š๐™ข๐™—๐™š๐™ฃ๐™–๐™ง๐™–๐™ฃ)

Tashdiq secara bahasa berarti membenarkan. Jika tashawwur sebelumnya hanya sebatas gambaran, maka tashdiq ini penghukuman disertai pembenaran. Atau lebih sederhananya, tashdiq adalah tashawwur ditambah penghukuman. Atau secara istilah selalu disebut dengan:

ุฅุฏุฑุงูƒ ุงู„ุดูŠุก ู…ุน ุงู„ุญูƒู… ุนู„ูŠู‡

Pengetahuan tentang sesuatu disertai penghukuman.

Tashdiq ini memiliki empat unsur penting, agar tashdiq atau penghukuman tersebut sempurna:

– Maudhu’ (objek penghukuman)

– Mahmul (atribut)

– Nisbah (keterkaitan antara objek penghukuman dan atribut)

– Hukm (penghukuman)

Misalnya ada ungkapan: Mangga itu manis.

Dalam kalimat tersebut ada kata mangga sebagai objek penghukuman (maudhu‘), ada kata manis sebagai atribut (mahmul), ada keterkaitan antara keduanya (nisbah), dan ada penghukuman (hukm) benar atau tidaknya manis untuk mangga . Ketika kita mengamini keterkaitan keduanya dengan yakin atau dugaan kuat (dzann) maka namanya adalah tashdiq.

Namun, ketika anda ragu (syakk) terhadap pernyataan tersebut, atau bahkan merasakan bahwa pernyataan tersebut condong kepada salah (wahm) maka tidak dinamakan tashdiq, tapi masih menjadi tashawwur.

Intinya, tashdiq itu ketika anda mengetahui sesuatu lalu pengetahuan anda disertai penghukuman seperti “mangga itu manis” dan anda meyakini kebenarannya, maka itulah tashdiq.

โ€ข ๐‘ท๐’†๐’Ž๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š๐’‚๐’ ๐’•๐’‚๐’”๐’‰๐’…๐’Š๐’’

Sebagaimana tashawwur yang terbagi menjadi dua, maka tashdiq juga terbagi menjadi dua yaitu tashdiq dharuriy (pembenaran-aksiomatik) dan tashdiq nazhariy (pembenaran-spekulatif). Tashdiq dharuriy sebagaimana yang kita ketahui tentang dharuriy bahwa ia tidak membutuhkan penalaran yang panjang sedangkan tashdiq nazhariy membutuhkan penalaran.

Contoh untuk tashdiq dharuriy, misalnya ada orang sedang memasak air, tiba-tiba kawannya membuatnya kaget. Di saat bersamaan orang ini tidak sengaja menyentuh panci tersebut lalu keluarlah ungkapan “panci ini banas banget.” Apakah anda perlu berlama-lama membenarkan pernyataannya? Atau anda perlu membuat seminar internasional untuk mengkaji apakah panci itu benar-benar panas? Tentu saja tidak. Seperti juga pada ungkapan-ungkapan “langit itu di atas”, “air itu cair”, “satu setengah dari dua”, dan lain sebagainya.

Contoh untuk tashdiq nazhariy adalah ketika ada ungkapan “Indonesia itu maju.” Untuk membuktikan kebenaran ungkapan tersebut adalah dengan cara menalar dan anda tidak langsung menerima begitu saja kebenaran ungkapan tersebut. Ini berlaku juga untuk ungkapan “Muhammad itu Nabi”, atau “Allah itu satu-satunya tuhan”, dan lain sebagainya.

Kesimpulannya, tashawwur dan tashdiq itu masing-masing terbagi menjadi dua yaitu dharuriy dan nazhariy. Dharuriy itu tidak membutuhkan penalaran yang panjang. Sedangkan nazhariy butuh penalaran.

 

Wallahu a’lam.

Tags: agamafilsafatlogika
Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

RelatedPosts

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya
Ilmu Mantik

Mengenal Hukum Kontradiksi dan Ketentuannya

Oleh Muhammad Said Anwar
30 Juni 2024
Kulliy Keempat: Khassah
Ilmu Mantik

Kulliy Keempat: Khassah

Oleh Muhammad Said Anwar
16 Oktober 2023
Kulliy Ketiga: Fashl
Ilmu Mantik

Kulliy Ketiga: Fashl

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Oktober 2023
Kulliy Kedua: Nau’
Ilmu Mantik

Kulliy Kedua: Nau’

Oleh Muhammad Said Anwar
2 Oktober 2023
Psychology Proof Fallacy
Ilmu Mantik

Psychology Proof Fallacy

Oleh Muhammad Said Anwar
1 Oktober 2023
Artikel Selanjutnya

Perbedaan Pendapat Seputar Tashdiq

Sajak-sajak “Harapan di tengah Keputusasaan”

Sajak-sajak "Harapan di tengah Keputusasaan"

Tentang Jalan-Jalan

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-โ€˜Umศ—r Al-โ€˜Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

ยฉ 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-โ€˜Umศ—r Al-โ€˜Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

ยฉ 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan