Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Berita Hari Ini

Oleh Ichsan Semma
21 September 2023
in Karya Sastra
Berita Hari Ini
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Sabtu, 16 September 2023

Breaking News!!! Seorang Wanita Ditemukan Meninggal dengan Tangan Tersayat di Kamar Mandi, Diduga Lakukan Tindakan Bunuh Diri

Seorang wanita berinisial F, ditemukan meninggal di kamar mandi rumahnya dengan kondisi pembuluh darah di tangan tersayat. Menurut keterangan ibu korban, yang juga adalah orang pertama yang menemukan jasadnya. F terakhir kali terlihat bersama R dan S, dua temannya yang kebetulan juga menginap di rumah saat itu, mereka tidur bersama di kamar anaknya.

Kematian F diduga adalah tindakan bunuh diri. Hal ini diperkuat oleh situasi saat ia ditemukan. Di mana tangannya yang tersayat tadi berada dalam posisi terendam dalam bak yang dibiarkan penuh, dan terus dialiri oleh air panas. Namun, belum ditemukannya motif yang kuat sebagai alasan korban untuk melakukan tindakan tersebut, membuat semuanya masih menjadi tanda tanya.

“Tidak mungkin anak saya bunuh diri, dia anak yang baik dan pintar. Selalu punya rencana dan mimpi untuk masa depannya. Baru saja kemarin ia memenangkan lomba menulis puisi tingkat provinsi. Tidak mungkin ia bunuh diri hanya sehari setelah kabar bahagia tersebut,” ucap sang ibu dengan nada histeris saat diwawancarai.

Tak hanya sampai di situ. Sang ibu juga turut melemparkan kecurigaan terhadap R dan S. Dugaan tersebut diklaim sebab mereka adalah orang terakhir yang dilihat membersamai anaknya.

“Logikanya aja yah, siapa lagi emangnya yang bisa dicurigai. Ini bukan nuduh. Lagian enggak ada motif kuat untuk anak saya melakukan tindakan itu,” lanjut sang ibu.

Di sisi lain, R dan S pun tidak terima. Dalam sesi wawancara yang dilakukan secara terpisah, R sendiri mengaku shock dan sama bingungnya dengan sang ibu terkait kejadian yang menimpa sahabatnya itu.

“Dia anaknya positive vibes banget. Sumpah, dia itu motivator kita semua. Kalau lagi sedih pasti curhatnya ke dia. Didengerin baik-baik, dikasih saran dan disemangatin buat bangkit lagi. Aku aja shock waktu tahu itu,” ungkap R diiringi isak tangis.

BacaJuga

Jangan Menangis Untukku

Rumah

Rintik Rahasia

Sajak-sajak “Harapan di tengah Keputusasaan”

Tak ketinggalan, S pun membantah keras tudingan sang ibunda terhadap ia dan R. lebih spesifik, ia menyebutkan rangkaian kegiatan malam yang dilakukan ketiganya sebelum mereka beranjak tidur di malam harinya.

“Malamnya tuh kami cuma curhat-curhatan. Dia emang tempat curhat kita, enggak ada yang aneh sama sekali, semuanya jalan kayak biasa kalau kami lagi nginap. Tapi emang malam itu, waktu semuanya udah pada mau tidur, dia masih pengen begadang. Mau nonton series di tv depan katanya. Setelah dia keluar, kami udah enggak lihat dia lagi karena ketiduran,” jelas S.

Polisi pun telah mengamankan TKP dan ketiga saksi di rumah tersebut. Barang-barang bukti yang dinilai memiliki sangkut paut dengan kasus seperti, cutter (alat yang digunakan untuk menyayat pergelangan tangan korban), serta ponsel (yang ditemukan di dekat korban saat tewas), telah disita untuk sementara. Pihak Kepolisian Kota berjanji akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kasus ini.

Apakah benar F melakukan tindakan bunuh diri? Ataukah memang ada motif terselubung dari para saksi yang berpotensi menjadi tersangka terhadap kematian F? Hingga saat berita ini diunggah, semuanya masih menjadi tanda tanya.

***

Efendi mengelap muka membaca berita yang membahas perihal kasus yang sedang ia tangani itu. Diiringi helaan napas yang sedari tadi tertahan, ia menyandarkan diri ke kursi kerjanya, bingung. Semua yang tertulis di unggahan tersebut adalah benar, kondisi korban saat ditemukan memang memperkuat status tindakan bunuh dirinya.

Sederhana, ia menyayat sendiri pergelangan tangannya, membiarkan aliran darah keluar, lalu merendamnya dengan air panas agar luka tersebut tidak mengering. Darah akan terus keluar, dan akan ia akan mati kehabisannya. Namun, motif untuk membenarkan semuanya masih terlalu abu-abu. Kalau situasinya seperti ini, fokus yang harus mereka geluti adalah dua. Entah menemukan motif yang cukup kuat untuk mendasari aksi bunuh diri tersebut, atau menemukan bukti keanehan di TKP yang membuktikan adanya upaya untuk menutupi tindakan pembunuhan.

Dilihatnya lagi foto korban dalam arsip berkas yang ia terima sejak tadi. Gadis ini cantik, riwayat hidupnya pun sangat baik. Menjadi lulusan kedua terbaik di salah satu SMA unggulan di kota tersebut, lulus kuliah lewat jalur SNMPTN, mengambil jurusan hukum pidana dan sekarang sudah masuk semester 2. Ia juga punya hobi dan berbakat di bidang kepenulisan, khususnya cerpen dan puisi. Sempat menyabet beberapa gelar juara dari turnamen kepenulisan bergengsi.

“Dia itu anak cerdas pak, saya enggak akan pernah percaya kalau dia bakal bunuh diri dengan cara seperti itu. Sejak kecil saya selalu didik dia dengan baik dan tegas, makannya dijaga, jadwalnya teratur, enggak boleh main sembarangan. Dia enggak akan pernah terpikir untuk melakukan hal itu.” ucap sang ibunda saat diinterogasi oleh anak buahnya.

Rekam jejak pertemanannya pun tidak ada yang aneh. Anak buahnya telah menyelidiki teman-teman F sejak SMA, sebagai wanti-wanti kalau saja ada utang atau dendam kepada F yang ingin dibalaskan. Nihil, semuanya bersih, bahkan sudah banyak yang lost contact sejak ia lulus SMA. Hasil dari interogasi pun sama, semuanya bersedih, bahkan beberapa baru tahu kalau F meninggal, menangis di meja interogasi. Ia memang tak punya banyak teman dekat, mereka yang komunikasinya dengan F masih intens sejak SMA hanya R dan S.

“Dia itu selalu positive vibes pak, kayak enggak pernah punya masalah. Selalu kasih kami jalan keluar kalau lagi sulit, bahkan biasanya enggak segan-segan ngeluarin uang buat beberapa teman yang punya utang.” Ungkap R dan S, juga saat diinterogasi.

Semuanya sejalan dengan kesaksian R dan S, ia adalah tipikal orang yang punya aura positif yang kuat. Ramah, selalu tersenyum, serta pendengar dan pemberi saran yang baik. Sejak SMA memang ia selalu dijadikan tempat curhat dan minta tolong oleh teman-temannya.

Tok tok tok

Ketukan di pintu itu membuyarkan renungan Efendi. Salah satu anak buahnya dengan wajah tegang tergopoh-gopoh masuk setelah dipersilakan.

“Tim forensik sudah berhasil membongkar sandi HP korban pak,” lapornya.

“Terus kenapa kamu keringetan gitu?” tanya Efendi, harusnya itu sudah jadi hal yang biasa.

Ada jeda beberapa detik sebelum pertanyaan itu terjawab. Anak buahnya seperti sedang mengumpulkan keberanian.

“Bapak harus lihat sendiri,”

***

Minggu, 17 September 2023

Breaking News!!! Kumpulan Fakta Unik F, Terduga Pelaku Bunuh Diri yang Ditemukan di Kamar Mandi; Sempat Juarai Beberapa Lomba Tulis, dan Jadi Lulusan Kedua Terbaik SMA Unggulan Kota

F merupakan anak dari pasangan suami istri BS dan LL. Saat umurnya menginjak 7 tahun, ayahnya meninggal akibat serangan jantung. Ia dan ibunya pun terpaksa melanjutkan hidup tanpa kehadiran ayah dan suami. Pun akibat kepergian sang suami, LL harus berjuang sendiri menyambung kehidupan ekonomi keluarga dengan berjualan makanan, mulai dari soto, bubur ayam, dan lainnya.

Meski sempat jatuh ke dalam masa sulit, sang ibu tetap bisa menyekolahkan F. Bahkan sampai ke jenjang perkuliahan. Hal ini juga tentunya berkat kecerdasan dan ketekunan F belajar sejak kecil, puncaknya adalah ketika ia berhasil menyabet gelar lulusan terbaik kedua saat ujian kelulusan SMA, dan lulus masuk di salah satu universitas ternama kota lewat jalur SNMPTN.

“Sejak kecil memang sudah saya didik untuk fokus ke tujuan utamanya. Enggak usah terlalu banyak main, enggak usah terlalu banyak teman sana-sini. Nanti enggak fokus. Jadwalnya juga selalu saya atur, enggak boleh pulang di atas jam sembilan malam, enggak perlulah terlalu ikut-ikut temannya yang tujuannya enggak jelas ke mana kalau main,” ungkap sang ibu dalam sesi wawancara lanjutan bersama kru media kami.

Selain cerdas, F yang dikenal oleh keluarga dan teman-temannya memiliki sikap yang begitu tertutup, ternyata punya hobi dan bakat dalam bidang kepenulisan. Pun ternyata telah memenangkan banyak kejuaraan menulis yang fokus pada bidang cerpen dan sastra. Dalam dunia pertemanan, meskipun terkesan tertutup, F kerap dinilai sebagai sosok yang baik dan suka menolong.

“Yah, sebenarnya dia tuh dibatasin banget sama keluarga. Banyak larangan-larangannya. Tapi open banget kok orangnya. Selalu ceria kalau ngobrol, bisa jadi pendengar yang baik kalau kita lagi curhat, tapi dia sendiri jarang ngomongin dirinya sendiri sih. Selama kami temanan, curhatnya ke aku bisa dihitung jari,” ungkap R, yang merupakan salah satu saksi dan sahabat F sejak SMA.

Terkait ketertutupan F sendiri, menurut sang ibu memang telah menjadi tabiatnya sejak kecil.

“Mungkin memang udah terlatih sejak kecil yah. Dia itu anaknya jarang banget nangis atau mewek. Bahkan waktu ayahnya meninggal dia enggak nangis. Malah dia yang nguatin saya. Dari situ saya sadar, mungkin dia memang murni anak yang kuat, dan harapan saya satu-satunya.” cerita sang ibu, sembari mengelap air matanya yang menitik.

Hingga saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Apakah benar kematian F adalah tindakan bunuh diri? Jika iya, apa motifnya? Ke mana semua ini akhirnya akan berlabuh?

***

Butuh sekitar 12 jam untuk mengidentifikasi semua data dan merapikannya sesuai urutan masa serta presentasi keterkaitannya dengan kasus. Ada banyak file di ponsel F, mulai dari foto hingga tulisan-tulisannya. Semuanya telah difilter dan diurutkan dengan rapi. Semua data tulisan yang berkaitan dengan kasus telah disiapkan kopiannya untuk diteliti seluruh tim malam ini.

F memang berbakat dalam menulis, bahkan sejak usianya menginjak 7 tahun. Hebatnya lagi, ia benar-benar menyimpan dan mengabadikan tulisan-tulisan tersebut. Beberapa tulisan masa kecil dan sudah lama ditulis di kertas, buku atau sejenisnya, tersimpan dalam bentuk foto. Mungkin saat itu memang ia belum punya ponsel. Sementara sebagian tulisan yang lebih baru tersimpan dalam bentuk file Word dan Notes.

Mereka semua duduk di ruang rapat. Karena banyak, mereka sepakat untuk bergantian membaca dengan suara keras tiap tulisan agar tidak ada yang mengantuk. Dimulai dari tulisan paling awal, 2010, tepatnya saat ayah F meninggal.

Senin, 27 Desember 2010

Ibu bilang semuanya gara-gara aku. Padahal aku udah enggak nangis. Dari kecil ibu selalu marah kalau aku nangis, katanya jadi cewek itu harus kuat. Aku pengen ibu senang, aku pengen buat ibu bangga.

Tapi ibu nangis pas ayah meninggal, nangisnya kencang banget lagi. Aku juga mau nangis, tapi takut ibu marah, takut ibu jadi tambah sedih. Aku takut, aku kangen ayah, aku sedih ayah ninggalin aku sama ibu. Kalau ibu marah-marah, enggak akan ada lagi yang ngelindungin dan ngehibur aku. Aku sedih.

Ayah, ibu bilang semuanya gara-gara aku. Gara-gara aku yang terlalu manja mau ditemenin main setiap ayah pulang kerja. Jadinya ayah enggak punya waktu buat istirahat. Ayah, aku enggak tahu kalau nantinya bakal jadi gini. Aku enggak tahu kalau jantung ayah lemah, aku enggak tahu kalau ayah enggak boleh kecapean. Aku minta maaf, gara-gara aku, ayah jadi pergi ninggalin kami. Gara-gara aku, ibu jadi sendirian.

Salah satu anak buah Efendi keluar dari ruangan, matanya berkaca-kaca. Ia sepertinya tidak tahan. Yang lainnya tetap bertahan, meski tampak jelas, mereka bergidik. Masih tak menyangka, begitu banyak hal dipendam oleh seorang gadis yang terlihat begitu sempurna. Dan saat itu usianya masih 7 tahun. Mereka melanjutkan membaca, hari demi hari, tanggal demi tanggal.

Rabu, 6 Juli 2016

Ini hari pertamaku masuk SMP, ibu berpesan agar aku belajar dengan baik. Aku mengangguk dengan kepala, juga dengan hati. Aku akan membuat ibu bahagia. Aku tidak tahu apakah sejauh ini sudah bisa membuatnya cukup bangga. Aku sudah tak pernah menangis di depan ibu, justru selalu menenangkannya setiap kudapati ia sesenggukan tengah malam. Membujuknya kembali tidur. Meski pada akhirnya lebih sering ibu malah bangkit, meraih sapu, dan mengibaskannya ke tubuhku, itu tak apa. Selama setelah itu ia bisa kembali tidur nyenyak, aku tak apa, sungguh.

Mungkin memang itulah hukuman yang pantas untukku, karena telah membuat ayah pergi. Mungkin memang itulah satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk menghilangkan kesedihan ibu.

Ayah, apakah tangis ibu setiap tengah malam itu karena aku? Setiap menenangkan ibu, hatiku juga ikut berkecamuk. Andai waktu itu aku tidak merengek terus, andai waktu itu aku tidak ngambek-ngambek saat ayah ingin cepat istirahat, mungkin tidur ibu malam ini akan nyenyak-nyenyak saja  sebab bisa dipeluk ayah.

Kali ini salah satu tim forensik beranjak. Tidak ada tanda-tanda mata sembab, tapi ia tetap terburu-buru. Salah satu dari mereka mencegah, bertanya ada apa.

“Pengen kencing,” ucap orang yang beranjak tadi. Semuanya mengeluh, sebal karena terlanjur terdistraksi.

Selasa, 4 Juni 2019

Ibu melarangku ikut liburan bersama teman-teman, alangkah baiknya kalau waktu liburku tetap dipakai untuk belajar katanya. Aku harus bersiap untuk tes masuk SMA nanti, agar bisa lulus masuk SMA terbaik di kota ini. Aku menurut, tidak ingin ibu marah.

Sedikit iri melihat status Instagram teman-teman, mereka pergi ke pulau dan pantai bersama-sama. Seperti sebelum-sebelumnya, mereka pasti akan membawa cerita menarik saat kembali ke sekolah nanti (kami memang berjanji masuk SMA yang sama). Tak ketinggalan, mereka juga pasti akan mengejekku karena menjadi anak yang terlalu penurut. Tak apa, kesenangan bersama mereka tidak akan begitu berarti jika dibandingkan leganya ibu karena aku mengikuti perkataannya. Aku harus terus belajar, agar bisa mencapai tujuan dan cita-citaku selama ini, membuat ibu bahagia.

Oh iya, Ayah. Belakangan ini aku jadi lebih sering menulis. Bukan hanya diary atau perasaanku saja, tapi juga cerpen, puisi, dan hal-hal menarik lainnya. Ibu bilang jangan sampai terdistraksi dengan hal-hal yang tidak jelas manfaatnya seperti itu. Tapi aku tak bisa menahan diri, akan kubuktikan kalau itu berguna, aku juga sudah mendaftarkan diri di beberapa lomba menulis. Doakan aku berhasil di sana. Ayah kan sedang berada di dekat Tuhan, siapa tahu kalau ayah yang berdoa, akan lebih didengar.

Efendi terbatuk, ia benar-benar masih tidak menyangka kalimat terakhir itu, menggelitik sekaligus mengejutkan. Gadis ini benar-benar berbakat. Kini ia memandang ke arah lain sejenak, mengistirahatkan mata. Beberapa anggota sudah berdiri, menguap lalu keluar dari ruangan. Hanya tersisa sebagian kecil dari mereka sekarang.

Selasa, 5 April 2022

“Harusnya kamu itu nangis kalau enggak lulus ujian atau nilai kamu jelek. Kalau kamu nangis hanya karena gagal menang lomba dari hobi yang enggak jelas itu, apa gunanya? Itulah ibu bilang, hal-hal seperti itu hanya akan mengganggu fokus kamu saja,” bentak ibu saat kuberitahu bahwa aku sedang sedih karena kalah lomba yang kesekian kalinya. Mungkin ibu benar, semua ini karena aku keras kepala melawan ibu. Makanya aku tidak akan berhasil.

Ayah, maafkan aku. Aku gagal, aku menangis lagi. Aku juga sudah membuat ibu kecewa, wajar ia marah. Jika seandainya aku tak pernah berniat serius untuk menulis, ini semua tak perlu terjadi. Aku tidak perlu sedih karena kalah lomba-lomba itu, aku bisa lebih fokus belajar.       

“Maaf, Mas. Saya duluan,” Permintaan izin seorang anak buah di ruangan itu memecah fokus Efendi. Ia mengangguk dan membiarkan anggotanya itu berlalu. Matanya kembali beralih pada tulisan-tulisan tadi, tinggal beberapa lagi.

Kamis, 30 Juni 2022

“Harusnya bisa jadi yang pertama,” ucap ibu sesaat setelah sampai di rumah. Kami berdua baru saja pulang dari acara kelulusan SMA-ku. Aku diumumkan sebagai lulusan terbaik kedua. Senang rasanya bisa melihat ibu bertepuk tangan dari podium, aku sangat senang. Akhirnya ibu kembali bangga padaku.

Tak kusangka kata-kata itu akan keluar dari mulut ibu begitu kami sampai di rumah, bahkan sebelum aku melepas kedua sepatuku. Ayah. Apa aku memang semengecawakan itu? Apa memang selama ini aku tidak cukup baik? Tidak cukup keras berusaha? Ayah, Apa sebenarnya di atas sana, ayah juga membenciku? Sebab selama ini aku selalu gagal dan terus membuat ibu kecewa? Mungkin ibu benar, seharusnya aku bisa jadi yang pertama. Aku tidak cukup baik.

Efendi kembali menghela napas, kepalanya mulai terasa berat. Teringat kembali dengan pernyataan-pernyataan sang ibu yang begitu yakin dan membanggakan caranya mendidik sang anak di unggahan-unggahan media, miris.

Sabtu, 2 Juli 2022.

“Kamu masih mending Fitri, meskipun ibu kamu enggak apresiasi, kamu tetap dapat juara 2 terbaik. Gila kali masih ngeluh ke kita-kita yang dapat ranking aja enggak,” ucap Ratna memotong ceritaku. Celetukannya juga langsung dibalas oleh Sari.

“Iya, Fitri. Kamu tuh harusnya lebih bersyukur. Dapat otak yang cerdas, bisa ngerjain soal dengan baik. Kalau kamu ngeluh terus, entar kelebihan kamu dicabut lho sama Tuhan,” ucapnya.

Itu adalah jawaban template setiap aku bercerita kepada dua sahabatku itu. Mereka selalu membandingkan nasibnya –yang katanya lebih buruk dariku—  denganku. Katanya aku begitu beruntung. Ayah, apakah mereka benar? Apa selama ini aku hanya kurang bersyukur? Dengan semua yang telah kuraih, apakah aku sudah bersikap kurang ajar dengan mengeluh? Tapi jika memang ini adalah keberuntungan, mengapa terasa sesakit ini?

“Kasihan sekali anak ini, pasti dia begitu kesepian,” seorang anak buah Efendi kembali menyeletukkan keibahan.

“Aku kalau teman-temanku ngomong begini pas aku lagi curhat, udah aku cut off,” sambung seseorang dari mereka.

“Emang kamu tahu cut off itu apa?” Seseorang balas bertanya, mengetes.

“Piting gitu kan. Jadi artinya kalau ada kawan aku kayak gitu, udah aku piting kepalanya,”

Semuanya kembali mengeluh, sebagian besar tertawa. Efendi terpaksa menengahi, menyuruh semuanya untuk kembali fokus. Meninggalkan anak buahnya tadi dalam keherenanan perihal mengapa ia ditertawakan.

Jumat, 15 September 2023, 05:00 PM

“Pantas akhir-akhir ini kamu enggak fokus kuliahnya, semester ini IPK kamu anjlok, standar. Kamu ini benar-benar yah, masih mau nyoba-nyoba lakuin hal yang enggak penting itu ternyata. Mau jadi apa kamu nanti, hah? Ibu kira kamu udah tobat, ternyata masih mau cari penyakit,” Itu adalah kalimat ibu saat kuberitahu bahwa aku baru saja menjuarai 3 lomba kepenulisan di tahun ini.

Aku membawa kabar itu dengan bangga, Ayah. Dua Juara 1 di lokal, dan satu Juara 3 di nasional. Hadiahnya lumayan, Ayah. Itu sebabnya aku ikut. Lumayan untuk membayar uang semesterku ke depannya. Kukira aku bisa sedikit meringankan beban ibu dengan itu.

Kenapa ibu malah marah-marah? Sebegitu besarkah ibu membenciku selama ini? Bahkan setelah semua yang kulakukan, ibu masih saja tidak bisa menerimaku dengan baik. Apa yang salah denganku? Apakah memang kehadirkanku selama ini hanya mengganggu? Apakah memang selama ini masalahnya adalah aku? Sepertinya memang begitu, melihat respons ibu tadi, sepertinya memang aku yang harus pergi, baru ibu bisa bahagia dengan lepas.

Jumat, 15 September, 09:00 PM

Udahlah, Fit. Enggak usah terlalu dipikirin. Ibu gua aja tiap hari ngamuk-ngamuk gua biarin aja,” ujar Sari saat malamnya datang di rumah untuk bermalam, ia bersama Ratna.

“Lagian Lo juga lebay amat, gitu doang dipermasalahin. Nikmatin hidup aja, Sis. Btw, daripada itu, gua sekarang lagi dekat sama Senior di Fakultas Seni. Anaknya indie indie gitu,” Dan cerita mereka pun berlanjut. Aku kembali harus memosisikan diri sebagai pendengar yang baik. Mereka memang tidak pernah berniat mendengarkan. Bahkan semenjak kami berteman sejak SMA, ceritaku tak pernah mendapatkan tanggapan yang serius dari kedua temanku ini. Ataukah memang ceritaku setidak pantas itu untuk didengarkan? Kukira dengan memiliki teman, aku bisa punya sedikit harapan untuk merasa dicintai, pun sedikit merasa dipentingkan. Tapi sepertinya tidak, apakah memang aku setidak berharga itu?

 Jumat, 15 September 2023, 10:00 PM

Ayah, aku lelah dengan semuanya. Semua yang kulakukan sepertinya tidak pernah berakhir baik. Ayah, aku penasaran bagaimana keadaan di sana? Aku ingin bertemu ayah, ditenangkan dan dipeluk seperti dulu. Ibu tidak pernah ingin memelukku, bahkan untuk mendengar cerita-ceritaku saja tak mau, katanya aku tidak boleh cengeng. Sudah kuputuskan, aku ingin bertemu ayah, agar bisa bercerita dan dipeluk sepuasnya, tidak apa-apa kan? Lagipula ketidakhadiranku juga tak akan berpengaruh banyak bagi dunia.

 Ibu tak perlu lagi pusing untuk mengurusku. Ia bisa hidup dengan tenang, tanpa ada aku yang merepotkannya. Dan lagi, mungkin dengan kepergianku, ibu jadi bisa lebih berdamai dengan penyebab suaminya pergi, karena penyebabnya sendiri akhirnya sudah tidak ada. Mungkin itu yang terbaik, hukuman yang paling pantas bagiku yang telah merenggut ayah dari ibu.

Ratna dan Sari juga selalu bilang aku kurang bersyukur ketika mengeluh. Sepertinya mereka memang tidak berniat mendengarkan. Toh, apa pentingnya juga kisahku bagi mereka. Tapi, mungkin mereka benar soal aku yang tidak mensyukuri kehidupan ini, mungkin memang aku tidak tahu cara bersyukur. Oleh karena itu pulalah hidupku tidak pernah berjalan baik. Mungkin itu adalah salah satu pertanda dari Tuhan yang Maha Tidak Enakan untukku. Bahwa aku memang tidak pantas, bahkan untuk sekadar bernapas. Tak perlu risau Tuhan, aku adalah hamba yang peka, aku sudah mengerti pesan yang ingin kau sampaikan, aku akan pergi.

Itu adalah tulisan panjang terakhir di kumpulan data. Masih ada beberapa cerpen dan puisi yang termasuk di dalamnya, tapi telah terfilter setelah proses identifikasi tadi. Efendi membuka lembaran terakhir, itu adalah tulisan terakhir F. Bukan lagi curahan hati seperti sebelum-sebelumnya, melainkan puisi.

Sabtu, 16 September 2023. 01:36 AM

Jika aku mati nanti, apakah orang-orang akan bersedih? Atau justru akan bersorak?

Jika aku mati nanti, apakah kematianku akan ditangisi? Atau malah akan dirayakan?

Jika aku mati nanti, apakah semuanya akan kehilangan? Atau justru akan kegirangan?

Bahkan setelah semua yang terjadi. Aku masih di sini, berharap seseorang akan datang dan menangis untukku. Meski tahu aku masih bernapas. Walau tahu aku akan melakukan apa saja untuk tetap bertahan.  

***

Senin, 18 September 2023

Breaking News!!! Kasus Ditutup, Polisi Tetapkan Kematian F Sebagai Bunuh Diri, Diduga Karena Depresi dan Stres Berlebihan

“Jadi, F yang kemarin ditemukan meninggal dalam keadaan tangan tersayat di kamar mandi. Telah ditetapkan statusnya sebagai tindakan bunuh diri. Hal ini disinyalir dari dua hal, yaitu kondisi korban saat ditemukan yang memang merupakan posisi bunuh diri. Yang kedua adalah motif kuat yang telah kami temukan melalui tulisan-tulisan dan curahan hati di ponselnya. Kami akan melakukan tindakan penyelidikan lebih lanjut bersama para psikiater ahli dan pihak keluarga serta teman-teman F terkait motif ini,” ungkap Mahmud Efendi selaku Kepala Kepolisian Kota.

Efendi juga menegaskan bahwa penyelidikan yang dilakukan kepolisian ini telah mencapai tahap final. Dan juga telah melakukan mediasi dengan pihak keluarga dan saksi terlebih dahulu sebelum dibawa ke media.

Menanggapi pernyataan Efendi, sang ibu menolak untuk berkomentar. Beberapa kali kru kami mencoba menghubungi ibu LL, untuk meminta keterangan terkait anaknya yang diklaim mengalami depresi hingga bunuh diri. Namun, hanya dibalas dengan kalimat pendek.

“Doakan saja anak saya baik-baik di alam sana, kalau kalian betul-betul peduli,” ucapnya melalui jaringan telepon saat dihubungi oleh kru kami.

R dan S pun mengambil sikap yang sama. Alih-alih berkomentar panjang lebar, mereka malah menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Namun, mereka beserta ibu LL menyatakan kesiapan dan komitmen untuk membantu penyelidikan motif yang lebih mendalam bersama pihak kepolisian.

Meskipun telah ditutup. Kasus F benar-benar masih menyisakan banyak tanda tanya. Hanya dalam sehari, situasinya berubah begitu drastis. Mengapa para saksi tiba-tiba memutuskan untuk diam dan mengikut? Apakah ada ancaman dari pihak tertentu untuk bungkam? Atau, apakah R,S, ataupun LL sebenarnya adalah pelaku yang membunuh F? Jawabannya bisa iya, bisa tidak.

Semuanya masih perlu penjelasan demi menyingkap tabir abu-abu tersebut. Tabir yang menutupi bukan hanya kasus F, tapi juga kasus-kasus lainnya. Di mana masih banyak meninggalkan pertanyaan yang lebih mengherankan. Semuanya demi lahirnya keadilan dan transparansi hukum yang jelas bagi pemegang kekuasaan tertinggi di negara yang seharusnya, masyarakat.

***

Di ujung sana, Efendi tertawa membaca berita tersebut. Ia tahu berita itu lebih banyak membual, lagipula, semuanya tak mungkin bisa berjalan sesederhana itu.

“Jadi bagaimana saya bisa membantu pak,” tanya seorang ibu dengan wajah lesu di hadapannya. Ia ditemani dua orang wanita kuliahan, sekitar semester dua.

“Ibu udah baca semua yang ada di ponsel anak ibu?” tanya Efendi balik. Sang ibu mengangguk, begitu pula dua wanita di belakangnya, mengikuti.

Kemarin malam polisi telah memanggil mereka bertiga kembali. Sang ibu yang biasanya sewot karena harus pulang pergi selama dua hari terakhir tanpa perkembangan signifikan, bergetar tatkala membaca tulisan-tulisan yang ditemukan oleh polisi di ponsel anaknya.

Lututnya lemas, ia terjatuh. Beberapa anak buah Efendi spontan menahan badannya, mendudukkannya pelan-pelan di lantai.

“Dia enggak pernah cerita,” ucap ibu itu lemas. Matanya kini menatap Efendi yang berdiri di depannya. Tatapan itu dalam, dipenuhi berbagai perasaan yang tercampur aduk menjadi satu. Sedih, marah, kecewa, menyesal. Sedetik kemudian alis sang ibu menurun, ekspresinya berubah memelas.

“Berarti saya pelakunya, Pak,” ucap sang ibu pelan. “Saya yang sudah bunuh anak saya selama ini, pelan-pelan, sedikit demi sedikit.”

Tatapan dan ekspresi itu masih tersirat di wajah wanita itu hingga hari ini, kedatangan berikutnya ke kantor polisi. Kasusnya sudah ditutup, sang ibu dan dua saksi lainnya hanya akan diminta memberika keterangan akhir kepada media terkait kasus ini. Juga, Efendi ingin memberikan sedikit uluran tangan, hal-hal berat telah menimpa wanita tua di depannya sekarang.

Suaminya dan anaknya telah meninggal, dan ia baru saja menemukan bahwa alasan anaknya bunuh diri adalah dirinya sendiri. Ia harus dijaga, Efendi punya kenalan beberapa psikiater yang terpecaya, setidaknya untuk beberapa saat jangan sampai sang ibu dibiarkan sendirian. Tidak boleh lagi ada yang meninggal karena memendam luka, rasa bersalah, pun merasa hidupnya tak penting lagi untuk dijalani. Setidaknya, tidak dalam pengawasannya.

Ichsan Semma

Ichsan Semma

RelatedPosts

Jangan Menangis Untukku
Karya Sastra

Jangan Menangis Untukku

Oleh Afriadi Ramadhan
1 Juli 2022
Rumah
Karya Sastra

Rumah

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Desember 2021
Rintik Rahasia
Karya Sastra

Rintik Rahasia

Oleh el-1992
16 April 2021
Sajak-sajak “Harapan di tengah Keputusasaan”
Karya Sastra

Sajak-sajak “Harapan di tengah Keputusasaan”

Oleh el-1992
5 April 2021
Artikel Selanjutnya
Benarkah Agama Hanya Dogma?

Benarkah Agama Hanya Dogma?

Risalah Jodoh

Risalah Jodoh

Cinta dan Khayalan (Epistemologi Ibnu Sina)

Cinta dan Khayalan (Epistemologi Ibnu Sina)

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan