Berpikir merupakan salah satu nikmat yang Allah Swt. berikan kepada manusia. Dengan berpikir manusia akan dimuliakan oleh Allah Swt. dari makhluk lain. Hanya dengan berpikir manusia bisa menyempurnakan sisi kemanusiaannya sebagai makhluk berpikir. Oleh karena berpikir pula, manusia berhak menyandang gelar kemuliaan sebagaimana firman Allah Swt:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
“Dan sungguh kami telah memuliakan anak cucu Adam.” (Al-Isra: 70)
Berpikir merupakan serapan bahasa Arab terambil dari kata fakkara yang bermakna menggagas ataupun merenung. Suatu pekerjaan akal yang mencakup penggambaran, pengkhayalan, ataupun penghukuman terhadap sesuatu. Berpikir juga bisa dimaknai dengan proses akal untuk mengetahui sebab atau konklusi dari sesuatu melalui penalaran yang dalam dan rinci.
Kemampuan untuk berpikir menjadi sebab dipilihnya manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi dan layak disebut sebagai ‘alim (orang yang berilmu). Allah Swt. berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan yang diberikan ilmu dengan beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)
Ini disebabkan karena orang yang memaksimalkan akalnya untuk berpikir adalah orang yang paling banyak tadabbur (merenungi) keindahan ciptaan Allah Swt.
Dalam Al-Qur’an Allah Swt. banyak menyebutkan kata tafkîr (berpikir) sebagai seruan bagi umat manusia untuk menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya. Tak terkecuali bagi orang-orang yang mengingkari agama Islam. Allah Swt. memberikan petunjuk bagi mereka agar memperhatikan dan mendalami alam semesta dengan berbagai fenomenanya.
Karena itu, manusia akan menyadari keindahan dan kebesaran dari Allah Swt. Sebagaimana yang tertera di dalam surah Al-Ghasyiah ayat 17-20 mengenai beberapa fenomena alam seperti proses penciptaan dan pengaturan alam semesta yang menunjukkan qudrah (kekuasaan) Allah Swt.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menyerukan manusia untuk selalu ber-tafakkur dan men-tadabburi segala keindahan dan keajaiban yang ada di sekitarnya. Karena sesungguhnya semua itu merupakan ciptaan dari rabbul ‘âlamîn (tuhan semesta alam).
Sebagai penutup, perlu diketahui bahwa nikmat-nikmat yang Allah Swt berikan kepada manusia itu mempunyai hak yang harus ditunaikan. Seperti nikmat akal yang punya hak untuk digunakan berpikir dan tafakkur akan kebesaran Allah Swt. Juga karena dengan memperbanyak tafakkur bisa menambah keimanan seseorang. Dan akan menghasilkan berbagai wawasan dan pengetahuan baru yang bisa menjadi manfaat bagi manusia. Dan juga sebagai salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt.