• Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Selasa, November 11, 2025
Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Utama Tulisan Umum

Hal-Hal yang Harus Diketahui Penerjemah

Muhammad Said Anwar Oleh Muhammad Said Anwar
17 Oktober 2021
in Tulisan Umum
Waktu Baca: 6 menit baca
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Dalam kehidupan kita, terjemahan dianggap sebagai media atau wasilah yang sangat penting untuk menyampaikan pesan dan kesan dari dua bahasa atau lebih. Karena sebuah pesan dan pemikiran hanya bisa sampai jika dibalut dengan bahasa (dan inilah tujuan bahasa itu ada). Tapi, kita perlu tahu kalau bahasa itu bisa salah. Konsekuensinya, pesan itu tidak sampai dan pendengar atau responden bisa salah paham. Kaidah bahasa saja tidak cukup menjadi solusi untuk kasus terjemahan. Sebab, banyak orang yang memiliki bahasa yang bagus tapi kemampuannya mengungkapkan pemikiran itu terbatas.

Bahasa Sumber dan Bahasa Sasaran

Ada dua hal yang perlu digarisbawahi dalam terjemahan ini, yakni:

1. Bahasa Sumber
2. Bahasa Sasaran

Untuk mempermudah, jika kita ingin menerjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, maka bahasa Arab adalah bahasa sumber. Sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa sasaran.

Kita sudah melihat di sini bahwa ada dua bahasa yang dibutuhkan, timbul pertanyaan lagi, apakah dua bahasa ini sekedar kita tahu kosakatanya atau ada tuntutan lebih? Sebagai orang yang hidup di negara asing, saya akan menjawab iya. Kita harus menguasai feel yang ada pada bahasa yang bersangkutan. Mengapa? Bahasa Arab punya feel sendiri, bahasa Indonesia juga punya bahasa sendiri. Selain itu, kedua bahasa ini memiliki karakteristik dan jumlah kosakata yang berbeda. Salah satunya lebih kaya juga.

Melihat hal tersebut, tentu penerjemah juga dituntut untuk pintar-pintar mengatur diksi dan redaksi bahasa agar pesan yang ada di bahasa sumber itu bisa tersampaikan.

Metode Terjemahan, Perlukah?

Sebelum menanyakan metode terjemahan, apakah kita membutuhkan metode itu? Metode itu sendiri dirancang untuk memudahkan kita melakukan pekerjaan dan itu sudah dirumuskan oleh ahli. Jika ada yang mudah, untuk apa susah-susah kan? Cuman kita mungkin merasa kesulitan karena tidak mengetahui metode itu. Jika kita menginginkan kemudahan, maka menggunakan metode adalah keniscayaan.

Untuk memudahkan metode, ada empat hal yang perlu kita bedakan:

1. Kata serapan.
2. Kata asli yang bisa diterjemahkan.
3. Kata asli yang bisa diterjemahkan, tapi jika diterjemahkan menurut literalnya tidak bisa dipahami oleh bahasa sasaran.
4. Kata istilah.

Untuk yang pertama, ini adalah jenis kata yang sudah masuk dalam bahasa Indonesia, bahkan termaktub dalam KBBI. Seperti Islam, iman, ihsan, mukjizat, nabi, dan lain-lain. Tapi perlu diingat, bukan berarti karena menjadi bahasa serapan otomatis seluruh makna yang ada dari bahasa sumber juga ikut. Ada juga yang masuk ke dalam bahasa kita, hanya secuil dari makna aslinya. Misalnya kata adab. Ketika kata itu disebutkan, yang mendarat di kepala kita adalah yang berkaitan dengan akhlak, budi pekerti, kesopanan, dan lain-lain.

Kalau kita mengira adab dalam bahasa Indonesia dan Arab itu sama, bisa saja kita terjebak dalam kesalahpahaman. Misalnya saja ada teman yang gagal paham terhadap mata kuliah Fakultas Bahasa Arab yang bernama “Al-Adab Al-Jahiliy“. Jika menggunakan makna yang ada dalam bahasa Indonesia, kesannya mata kuliah itu mengajarkan kita tentang budi pekerti dan akhlak orang jahiliah. Wajar saja muncul pertanyaan dari beberapa kawan “untuk apa belajar jauh-jauh ke Al-Azhar jika hanya untuk mempelajari adab orang jahiliah“. Atau jika orang berorientasi kata adab hanya sebatas yang baik-baik saja, untuk apa disandarkan kepada orang jahiliah?

Padahal, yang dimaksud adab dalam bahasa Arab, tidak sebatas akhlak atau perbuatan baik, tapi lebih dari itu. Adab itu bisa mencakup keindahan, sastra, dan akhlak. Tapi secara garis besar, dalam bahasa Arab, adab itu keindahan. Karena sastra itu indah, maka dia dinamakan adab. Begitu juga perbuatan-perbuatan baik, dinamakan adab karena perbuatan baik itu indah. Ketika disebutkan Al-Adab Al-Jahiliy, yang dimaksud adalah Sastra Arab Jahiliah. Karena orang Arab sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw. itu sangat hebat dalam hal sastra. Ini untuk poin pertama.

Untuk yang kedua, ya kata-kata dalam bahasa Arab itu bisa kita terjemahkan per katanya. Seperti قلم diterjemahkan menjadi pulpen, مكنسة diterjemahkan menjadi sapu, dan lain sebagainya. Tapi perlu kita ingat bahwa orang Arab memiliki susunan tersendiri dalam merangkai kata-kata. Misalnya saja:

من فوائد دراسته: بيان المراحل التعددة التى مرت بها السنة في مختلفة العصور

Jika diartikan secara literal, maka bunyinya:

“Di antara faidah-faidah mempelajarinya: jelasnya tingkat-tingkat yang berbilang yang lewat dengannya sunnah pada berbedanya masa”

Apa yang kita bisa pahami dari terjemahan itu? Kemungkinannya ada dua: 1) Tidak memahami apa-apa. 2) Salah paham. Tapi kalau kita ubah menjadi:

“Di antara manfaat mempelajari ilmu tarikh sunnah: Dapat mengetahui perjalanan sunnah dari masa ke masa”

Apakah ini jelas? Iya jelas. Ini menjadi bukti bahwa dalam menerjemahkan, dibutuhkan kemampuan khusus. Kemampuan khusus itu ada dua untuk bagian ini: 1) Memguasai dengan baik ilmu yang bersangkutan, buku, atau teks yang ingin diterjemahkan. 2) Mampu mengungkapkan dengan baik pikiran di bahasa sasaran.

Untuk poin ketiga, kita harus menerjemahkan peribahasa yang ada dalam bahasa sumber dengan bahasa biasa atau peribahasa yang sama yang ada dalam bahasa sasaran. Misalnya, dalam bahasa Arab, ada ungkapan:

تحصيل الحاصل

Ini jika diterjemahkan, maka bunyinya ada dua. Jika menggunakan peribahasa maka terjemahannya “menggarami laut“. Jika memggunakan bahasa biasa atau ungkapan biasa, maka bunyinya “sia-sia“. Seperti yang dikatakan di awal, ini bisa diterjemahkan secara literal, tapi belum tentu bisa dipahami. Kalau kita terjemahkan secara literal, maka bunyinya “kumpulannya yang terkumpul” apa yang kita pahami di sini? Tidak ada.

Maka peribahasa yang ada dalam bahasa sumber perlu kita kuasai. Biasanya peribahasa itu ada dalam kehidupan sehari-hari, ada dalam cerita-cerita masyarakat, atau hikayat-hikayat zaman dulu. Biasa juga bersangkutan dengan kepercayaan, kebiasaan, dan lain-lain. Dengan kata lain, kita perlu banyak berbaur dan melihat secara langsung kebiasaan itu.

Misalnya saja dari bahasa Indonesia, ada namanya “malin kundang”. Biasanya, ketika masih umur-umur SD dulu ada ungkapan “jangan sampai kalian seperti malin kundang“. Apakah malin kundang pertama berbeda dengan kedua? Jelas saja berbeda. Malin kundang pertama lebih dekat kepada makna “anak durhaka“. Jika menggunakan kalimat kedua, bisa bermakna “kalian jangan menjadi anak durhaka” atau bisa juga bermakna “jangan sampai kalian terkena hukuman dan kutukan sebagaimana malin kundang“. Dan jika kita ingin menerjemahkan ke bahasa asing, yang kita ambil adalah makna yang tersirat dalam peribahasa itu, bukan kosakata aslinya.

Dan untuk poin keempat, kita harus menguasai banyak istilah-istilah apalagi kalau kita sudah membaca karya-karya yang sifatnya berbasis data penelitian. Sebab, banyak orang yang tidak mengetahui istilah, akhirnya istilah yang seharusnya tidak diterjemahkan. Jadi perlu ditegaskan, tidak semua teks itu harus diterjemahkan.

Contohnya kasus:

فالسنة التي يقييد المطلق

Jika diterjemahkan literal, bunyinya: “Maka sunnah adalah yang mengikat yang mutlak“. Apa yang bisa kita pahami? Tidak ada. Maka di sini jika mau menerjemahkan istilah, kita harus menggunakan footnote, catatan kaki, atau membuat tambahan dalam kurung sebagai komentar dari penerjemah, agar istilah itu dapat dipahami. Jika kita menggunakan teks yang sama, maka bunyi terjemahannya “sunnah itu bisa berfungsi sebagai (sesuatu) yang men-taqyid-kan (ayat) yang masih muthlaq“. Kata “taqyid” dan “muthlaq” itu perlu kita berikan footnote dan menjelaskan maksud kata itu secara umum atau jika yang dimaksud kata tersebut, maka dijelaskan secara khusus.

Selain itu, kemampuan transliterasi itu sangat dibutuhkan untuk menuliskan istilah-istilah itu. Juga, bagian ini mencakup juga kata-kata yang tidak diterjemahkan, seperti kata-kata yang dinukil dari teks lain yang dijelaskan dalam teks asli bahasa Arab. Semisal:

كلمة “دابة” يطلق على ذوات القوائم الأربعة

Kata “dabbah” digunakan untuk hewan yang tergolong dalam kelompok “hewan berkaki empat”.

Mengapa lafaznya yang digunakan? Karena fokusnya penulis adalah murni lafaznya, bukan makna dari lafaz itu. Itu terlihat dari penjelasan makna dari kata “dabbah” itu. Di sini penerjemah harus pintar-pintar melihat konteks, sudut pandang penulis (bahasa asal), dan menguasai istilah yang ada dalam pembahasan atau teks terjemahan.

Dua Metode yang Urgen

Sejauh ini, saya hanya menemukan dua teknik atau metode dalam menerjemahkan: 1) Terjemah Bebas. 2) Terjemah Teks.

Untuk yang pertama, biasanya saya mencari makna dari kata-kata yang berada dalam bahasa sumber. Gunanya, nanti itulah yang diterjemahkan dan dibahasakan ke bahasa sasaran dengan diksi yang lebih mudah dan tidak keluar dari konteks yang diinginkan penulis. Untuk metode pertama dibutuhkan kemampuan mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang fasih dan baku, perbendaharaan kosakata yang banyak, dan memahami keinginan penulis.

Sedangkan yang kedua, ini yang banyak saya temukan dan kadang-kadang saya pakai. Biasanya orang sangat bergantung kepada redaksi teks asli dalam artian susunan kata bahasa Indonesianya itu sangat mirip susunannya dengan bahasa sumbernya. Untuk metode ini sangat identik dengan kelaziman membuka kamus. Dalam artian, kosakata yang dipakai sangat sesuai dengan makna per kosakata.

Tidak jarang saya menggabungkan kedua metode itu sesuai dengan yang diinginkan keadaan. Karena dalam dunia terjemahan, saya memiliki pandangan bahwa tidak ada metode yang absolut. Karenanya, penerjemah harus pintar-pintar melihat keadaan, kapan metode A dipakai dan B dipakai. Karena tujuan utama kita adalah bagaimana makna yang ada dari bahasa sumber itu sampai ke bahasa sasaran dengan bungkusan bahasa yang baik.

Tips-Tips Sebelum Menerjemah

1. Memiliki Banyak Kosakata

Kosakata itu biasanya diperoleh dari membaca. Karena ketika kita membaca dan menemukan kata-kata yang agak sukar atau asing, tuntutan alami kita saat itu adalah mencari tahu, salah satunya dengan cara membuka kamus. Kalau kita sudah sering membuka kamus dan menemukan kata yang sama dalam teks itu, maka kata itu masuk dalam alam bawah sadar kita, sehingga belakangan kita tidak membuka kamus lagi ketika menerjemahkan.

2. Menguasai Buku yang Akan Diterjemahkan

Tentu terjemahan yang bagus lahir dari penguasaan yang bagus juga. Artinya, kita harus membaca teks terjemahan itu terlebih dahulu, tidak langsung menerjemahkan. Apalagi mengambil per-kata dari teks itu. Tidak jarang cara seperti itu mencederai terjemahan kita.

3. Rajin membuka KBBI dan PUEBI

Ini berlaku dalam bahasa Indonesia saja. Jika kita menerjemahkan suatu kata dan ternyata kata itu sudah lazim dalam bahasa Indonesia, kita harus melihat KBBI. Jika ada maka penulisannya tidak menggunakan tulisan miring. Sebab, salah satu aturan dalam PUEBI harus menggunakan tulisan miring untuk kata-kata asing yang tidak ada dalam KBBI.

4. Memeriksa Kembali

Ada namanya “Dapur Terjemahan”, ini biasanya berlaku jika ingin menerbitkan atau memposting hasil terjemahan di internet. Pemeriksaan ini umumnya melibatkan orang-orang yang merupakan native di bahasa sasaran dan editor. Sebab, kita harus menyesuaikan dengan nuansa bahasa sasaran kita. Karena sekali lagi, tidak lain tujuan dari terjemahan itu adalah “menyampaikan” atau menjadi media antar pengguna bahasa.

5. Selalu Belajar Menyusun Kata

Sebenarnya semua orang bisa menyusun kata, tapi tidak semua orang bisa memahamkan orang. Untuk memahamkan orang, dibutuhkan kemampuan menyusun kata dengan susunan yang sederhana. Biasanya juga kita dapatkan kemampuan ini jika kita rajin membaca dan menulis.

Wallahu a’lam

 

Tags: bahasametodeTerjemah
Artikel Sebelumnya

Tarikh Sunnah (1)

Artikel Selanjutnya

Apakah Semua Buku Harus Ditamatkan?

Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

Artikel Selanjutnya
Apakah Semua Buku Harus Ditamatkan?

Apakah Semua Buku Harus Ditamatkan?

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Fisika
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sastra Indonesia
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.