• Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Selasa, November 11, 2025
Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Utama Tulisan Umum

Pernah Bodoh

Muhammad Said Anwar Oleh Muhammad Said Anwar
17 Februari 2022
in Tulisan Umum
Waktu Baca: 3 menit baca
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Saya selalu mencoba dekat dengan orang yang lebih jago daripada saya atau lebih banyak bermuamalah kepada mereka. Alasannya agar saya tahu hal baru. Kalau ada yan lebih jago fotografer, ya saya dekati. Ada jago membaca, saya dekati. Karena saya punya pikiran bahwa sejago apapun saya dalam satu bidang, belum tentu saya jago dalam bidang lain. Kalaupun saya jago di bidang sendiri, pasti ada yang lebih jago. Bahkan tidak sedikit momen di mana saya merasa benar-benar tidak tahu apa-apa, sebab dihadapkan oleh yang lebih jago itu.

Sejujurnya, kalau berbicara masalah “jurus andalan”, mungkin yang saya miliki hanya secuil dari mereka-mereka yang multi-talent, bidang ini bisa, bidang itu bisa, seolah tidak ada cacatnya. Hal ini menginatkan saya pesan seorang guru di SMA dulu, bahwa keadaan “di bawah” itu patut disyukuri, sebab keadaan itu mendorong kita untuk menjadi baik hingga terbaik. Ini keadaan pertama. Justru yang harus diwaspadai adalah keadaan kedua, di mana pujian itu mengalir deras masuk ke gerbang-gerbang hati, itu akan membuat kita sombong, merasa paling hebat.

Keadaan pertama pernah saya lewati. Di sana ada goresan nasihat yang tertaut di ingatan, bahwa orang-orang yang maksimal itu karena dia merasa kurang. Bagaimana caranya dia maksimal mencapai sesuatu jika dia sudah sampai di titik itu di saat yang bersamaan? Kata tetangga saya di Makassar: “Tahshîl al-hâshil” atau bahasa Inggrisnya: “Sia-sia”.

Keadaan kedua itu pernah saya lalui juga. Pada keadaan itu saya mengerti, kenapa orang bisa lupa daratan, kenapa ada orang yang susah menerima nasihat, kenapa ada orang yang tidak mau melihat orang lain berada di atasnya. Saya sempat berpikir begini, jika keadaan kedua ini dialami oleh seseorang, maka untuk menapaki jalan tawadhu’, jalan yang ditempuh oleh para ulama itu akan dekat mustahil untuk ditapaki.

Saya teringat dengan salah satu kisah yang pernah diceritakan teman dan guru saya sewaktu SMA dulu. Ada seorang alim yang bertanya kepada seorang sufi: “Bagaimana caranya menjadi wali?”. Pertanyaan ini akan terlihat lumrah jika ditanyakan oleh seorang alim, di samping melihat ilmunya bak samudera yang bisa menampung kapal-kapal berlayar itu. Tak disangka-sangka, respon sufi ini malahan menyuruh alim ini untuk menjadi pembersih kamar mandi selama tiga tahun. Apa yang terbayang jika ada frasa “Tukang wc?” Ada yang membayangkan sosok yang berpakaian basah dan kotor, sosok yang kerjanya jauh dari kata terpandang.

Apa yang ingin diajarkan kepada sang alim ini? Ternyata, sufi ini diam-diam mengabulkan keinginan sang alim untuk menuju ke jalan Allah; hati yang bersih dari kesombongan dan ujub. Sebab, kesombongan dan ujub adalah kotoran yang menghalangi cahaya hati untuk sampai kepada Allah, titik hitam yang menjadi sorotan manusia.

Ada satu bagian yang diajarkan oleh beberapa ulama yang berada di Mesir, khususnya dalam bab akidah. Ketika guru saya menyebut: “’Ilm al-makhlȗq hâdits” (Ilmunya makhluk itu baru). Apa maksud “baru” itu? Beliau melanjutkan: “Huwa mâ yasbiquhu al-‘adam” (Yaitu sesuatu yang didahului oleh ketiadaan). Apa dan siapa saja itu makhluk? Kata beliau: “Kullu mâ siwallah” (Semua yang selain Allah). Manusia itu selain Allah, maka manusia itu makhluk. Makhluk itu memiliki ilmu, tapi ilmu hadis (baru). Karena ilmu hadis adalah ilmu yang bermula dari ketiadaan, maka ilmunya makhluk (kita semua) adalah ilmu yang awalnya tidak ada. Inilah bagian yang paling saya soroti ketika guru menjelaskan tentang apa itu “ilmu”.

Walaupun ketika guru-guru membahas itu untuk menjelaskan rumusan ilmu logika atau ilmu akidah, tapi saya melihat dari sisi lain; semua ilmu selain ilmunya Allah itu sama-sama berasal dari ketiadaan. Alias, ilmu-ilmu itu keberadannya bergantung dengan ilmu yang qadîm, ilmu yang tidak didahului ketiadaan atau ilmunya Allah. Lebih dalam lagi, ilmu kita itu semi tidak ada, hanya titipan. Seandainya itu milik kita sepenuhnya, kenapa kita dimintai pertanggungjawaban? Bahkan, sampai disebut dalam beberapa riwayat bahwa orang berilmu itu kalau tidak bisa mempertanggungjawabkan ilmunya, wajahnya akan digesek di api neraka. Jadi, apa yang dibanggakan?

Kadang saya merenung di tengah kesendirian atau detik-detik menuju tidur, mungkin dengan menyadari hakikat, kesombongan itu akan terasa tidak pantas ada dalam hati. Sebab, apa alasan keberadaan kesombongan itu dalam diri kalau bukan tidak menyadari hakikat; tidak tahu diri?

Wallahu a’lam

Artikel Sebelumnya

Prosa Intelektual; tentang Kembalinya Jurnalis Amatir

Artikel Selanjutnya

Sejarah yang Beda

Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

Artikel Selanjutnya
Sejarah yang Beda

Sejarah yang Beda

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Fisika
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sastra Indonesia
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.