• Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Senin, November 10, 2025
Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Utama Nahwu

Mengapa Kita Harus Mempelajari Ilmu Bahasa Arab?

Pengantar

Muhammad Said Anwar Oleh Muhammad Said Anwar
4 Maret 2022
in Nahwu
Waktu Baca: 5 menit baca
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Informasi-informasi agama yang sifatnya primer, datang melalui Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah Saw. yang berbahasa Arab. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata:

احرصوا على تعلم اللغة العربية فإنها جزء من دينكم

“Bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari bahasa Arab, karena dia adalah bagian dari agamamu”

Sayyidina Umar menggunakan kata احرص (asal katanya حرص) yang secara sekilas bermakna rakus. Orang yang rakus, kalau dihadapkan dengan makanan atau apapun yang masuk dalam kerakusannya, pasti dia akan memakan atau mengambil semuanya tanpa sisa. Kalau dibawa dalam konteks “menegakkan keadilan”, sebagaimana yang dicontohkan mu’allif (penulis) Mu’jam Al-Ghaniy, ini akan menjadi satu kalimat:

حرص على إقامة العدل

“Kesungguhan dalam menegakkan keadilan”

Apakah kesungguhan ini, seperti kita pahami? Tidak, lebih dari yang kita bayangkan. Sampai kata حرص di sana dimaknai oleh mu’allif dengan اشتدت رغبته وتمسكه بإقامة العدل yang bermakna ada ke-sangat-an dalam hasrat menegakkan keadilan dan keteguhan berpegang dengan keadilan itu.

Bagaimana dalam konteks belajar? Kalau kita bawa makna menegakkan keadilan tadi, seolah-olah ada isyarat bahwa kita harus memiliki hasrat yang tinggi dan keteguhan yang sangat kuat dalam mempelajari bahasa Arab.

Sekarang mungkin ada yang bertanya, untuk apa kita disuruh bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab, sedangkan kita tahu bahasa Arab itu sebatas kaidah nahwu dan sharaf? Ada kemungkinan yang menanyakan seperti ini karena melihat bahasa Arab sebagai ilmu yang terbatas. Justru perintah kesungguhan itulah yang menunjukkan keluasan bahasa Arab itu sendiri, bahkan tidak berlebihan jika saya mengatakan bahasa Arab itu memiliki aspek filosofis yang luas. Karena memang ada beberapa kaidah yang memiliki isyarat tersembunyi, hanya bisa dilihat oleh orang yang benar-benar mempelajari ilmu bahasa Arab.

Melihat ini juga, orang yang mempelajari bahasa itu, disebut sebagai “jin al-lughah”. Kenapa musti jin yang berkaitan dengan mistisme? Ketika orang Arab menyebut “jin” atau kata-kata lain yang mempertemukan huruf ج dan ن itu menunjukkan sesuatu yang tersembunyi. Jin yang kita kenal itu hanyalah salah satu saja. Maksudnya jin al-lughah tadi adalah, mampu melihat hal-hal tersembunyi yang tidak dapat dilihat kebanyakan orang, dia paham “pesan tersembunyi” di sana, tak terkecuali dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Selain itu, kalau melihat kalimat Sayyidina Umar, hari ini kita bisa buktikan kalau bahasa Arab, bukan sekedar kata-kata yang kaya akan huruf ‘ain atau huruf hijaiyyah saja, tapi lebih dari itu. Bahasa Arab sendiri memiliki 12 cabang yang tidak semua orang Arab sendiri kuasai. Ada ilmu lughah, nahwu, sharaf, bayan, ma’ani, badi’, ‘arudh, qafiyyah, khat (kepenulisan), khitâbah rasâ’il (diplomatik), muhadharah, dan qira’at. Namun, jangan mengira nama-nama ini sudah mentok, nanti masing-masing cabang ini memiliki cabang lagi seperti ilmu dalâlah (signifikasi) dan ilmu wadh misalnya.

Satu cabang keilmuan, itu bisa sampai memakan waktu bulan-bulanan bahkan tahunan. Ini jika memang serius, kurang atau tidak ada macetnya di jalan. Bagaimana kalau orang ogah-ogahan mempelajarinya? Dan melihat keluasan itu, sangat masuk akal jika Imam Syafi’i, salah satu orang yang cerdasnya ajaib itu menghabiskan umurnya 20 tahun hanya untuk belajar ilmu ini saja.

Tentunya, melihat realita seperti ini, mungkin ada yang mau mengambil alternatif, yaitu membaca terjemahan dari teks asli. Apakah itu efektif? Kalau melihat terjemahan itu sendiri, tentu ada kelemahannya dan itu berpulang kepada penerjemah dan pembaca itu sendiri, apakah mahir atau tidak? Apakah punya akal yang kuat untuk memahami atau tidak? Sebab, ada beberapa kata dalam bahasa Arab yang kadang tidak bisa diterjemahkan, tapi bisa dipahami dan ini sangat mungkin terjadi. Kadang, ada penerjemah memilih menjelaskan ulang maksud penerjemah asli itu, tentunya itu harus benar-benar melihat apa yang diinginkan penulis. Untuk menerjemahkan buku-buku kontemporer, itu ada yang mudah, ada juga yang agak sulit. Itu belum lagi menerjemahkan kitab klasik atau yang dikenal dengan turats. Karena kitab turats terkenal dengan kepadatan. Walaupun banyak orang yang suka singkat dan padat, tidak semua yang bisa menangkap kepadatan turats itu.

Dari penjelasan yang amat pendek tentang turats itu atau kitab klasik saja, mungkin sudah membuat gambaran kalau membaca turats itu di samping butuh ketelitian dan ilmu rasional, tentu butuh kedalaman dalam bahasa Arab. Bagaimana dengan Al-Qur’an dan Hadits yang bahasanya itu memiliki cakupan yang bahasanya sangat tinggi? Ya, dengan keluasan cakupan itulah yang menjadi nilai dan kelebihan tersendiri, dengannyalah seluruh aspek kehidupan sepanjang masa itu dicakup. Ini jugalah yang membuat naskah-naskah kuno itu tunduk, mereka mungkin ada yang digunakan sampai sekarang, seperti naskah-naskah Aristoteles. Tapi, relevansinya mulai menurun semenjak datangnya Francis Bacon. Bedanya dengan Al-Qur’an, jangankan hanya sekedar digunakan, masih digali sampai sekarang dan selalu saja ada makna baru.

Tidak bisa dipungkiri, yang ahli dalam bahasa sekalipun, kadang-kadang masih terjatuh dalam kesalahpahaman dalam memahami nash Al-Qur’an dan Hadits, tidak jarang pula menuai kritik dari para ulama. Itu artinya, kalau yang ahli saja bisa salah, bagaimana dengan yang tidak ahli, alias pembaca terjemahan itu? Dan cukuplah kita semua menjadi saksi atas realita yang ada di negara kita sendiri. Di sinilah pentingnya bahasa Arab itu.

Apa bedanya dengan terjemahan dan belajar langsung? Sependek pengalaman pribadi, bahasa Arab itu maknanya luas, kosakatanya banyak, dan tidak semua ditangkap oleh bahasa kita. Bahasa Arab dan terjemahan bahasa Arab itu beda kalau melihat dari kepadatan makna, juga pembacanya tidak akan merasakan feel yang sama. Ini bisa dilihat pada salah satu Firman Allah Swt:

الرحمن الرحيم

“Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang”

Kurang lebih seperti itu terjemahan yang masyhur. Namun, perasaan para pembaca akan berbeda tatkala bertemu dengan satu kaidah: “Bertambahnya makna, tergantung dari bertambahnya huruf”. Kalau kita lihat di ayat tersebut, ada yang memiliki empat huruf, ada juga tiga huruf (huruf ya’ dan alif lam tidak dihitung, karena dia tidak masuk huruf asli). Dari perbedaan huruf seperti itu saja, sudah membedakan makna. Ini belum membahas kenapa kata الرحمن itu didahulukan daripada الرحيم. Dan kalau kita membuka sejumlah literatur tafsir, para mufassirîn berbeda-beda. Mereka melihat sejumlah rahasia sampai ada yang melihat Tuhan itu benar-benar penuh kasih yang tidak ada bisa setara dengan-Nya.

Seseorang itu menjadi pakar tafsir kalau dia benar-benar menguasai bahasa Arab. Sebab, dia bisa melihat “sisi terdalam” Al-Qur’an. Uniknya kalau dipertemukan dengan tafsir lain, juga memiliki “sisi dalam” yang lain. Artinya, ini mengisyaratkan kalau Al-Qur’an itu memiliki makna yang amat dalam. Wajarlah Al-Qur’an menjadi pedoman hidup.

Adapun kalau membahas terjemahan, dia tidak akan menjelaskan “sisi dalam” itu. Sebab, tugas terjemahan itu hanya satu, mengalihkan bahasa dari bahasa sumber menuju bahasa sasaran, bukan menjelaskan seperti apa bongkahan harta karun yang terkubur di balik bahasa itu. Sehingga, sangat lumrah ada banyak kekeliruan yang muncul dari kalangan pembaca terjemah teks dibanding orang yang langsung mempelajari bahasa asli dan membaca penulis melalui tulisannya.

Ada satu hal yang ingin saya titikberatkan di sini, yaitu dengan bahasa Arab itu akan memudahkan kita memahami ilmu-ilmu alat lainnya yang mengantarkan kepada inti Islam, sebagaimana kata Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ bahwa walaupun bahasa Arab itu bukan agama itu sendiri, tapi dia membantantu memahami agama kita sendiri. Artinya, tanpa bahasa Arab, pemahaman kita terhadap agama yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadis akan kurang. Sebab, untuk menggali seluruh informasi di sana, dibutuhkan ilmu bahasa Arab dan ilmu alat lainnya.

‘Ala kulli hâl, melalui tulisan yang singkat nan kurang ini, cukuplah untuk memperkenalkan bahsa Arab itu seperti apa. Insya Allah, bahasa Arab yang dimulai dari ilmu nahwu level pemula yang akan dijelaskan oleh salah satu penulis yang ada di Ruang Intelektual ini yang tentunya memiliki spesialis di bidang ini, sedangkan tugas saya hanya memberikan beberapa pengantar seperti ini, termasuk al-mabâdi’ al-‘asyarah. Saya harap, semoga bisa berlanjut sampai ilmu-ilmu bahasa Arab lanjutan dan bermanfaat bagi banyak orang.

Wallahu a’lam

Artikel Sebelumnya

Membedah Nalar Misionaris

Artikel Selanjutnya

Penjelasan Kitab Matan Al-Jurumiyyah (Bagian 1)

Muhammad Said Anwar

Muhammad Said Anwar

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MI MDIA Taqwa 2006-2013. Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di MTs MDIA Taqwa tahun 2013-2016. Juga pernah belajar di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Al-Imam Ashim. Lalu melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) Kota Makassar tahun 2016-2019. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo tahun 2019-2024, Fakultas Ushuluddin, jurusan Akidah-Filsafat. Setelah selesai, ia melanjutkan ke tingkat pascasarjana di universitas dan jurusan yang sama. Pernah aktif menulis Fanspage "Ilmu Logika" di Facebook. Dan sekarang aktif dalam menulis buku. Aktif berorganisasi di Forum Kajian Baiquni (FK-Baiquni) dan menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bait FK-Baiquni. Menjadi kru dan redaktur ahli di media Wawasan KKS (2020-2022). Juga menjadi anggota Anak Cabang di Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada umur ke-18 tahun, penulis memililki keinginan yang besar untuk mengedukasi banyak orang. Setelah membuat tulisan-tulisan di berbagai tempat, penulis ingin tulisannya mencakup banyak orang dan ingin banyak orang berkontribusi dalam hal pendidikan. Kemudian pada umurnya ke-19 tahun, penulis mendirikan komunitas bernama "Ruang Intelektual" yang bebas memasukkan pengetahuan dan ilmu apa saja; dari siapa saja yang berkompeten. Berminat dengan buku-buku sastra, logika, filsafat, tasawwuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

Artikel Selanjutnya
Penjelasan Kitab Matan Al-Jurumiyyah (Bagian 1)

Penjelasan Kitab Matan Al-Jurumiyyah (Bagian 1)

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Fisika
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sastra Indonesia
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2021 Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan.