Beberapa hari lalu, Wawasan sebagai salah satu media di Mesir menulis berita yang berisi ungkapan yang dilontarkan oleh Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, MA., bahwa ada beberapa alumni Al-Azhar yang pemikirannya itu menyimpang dari agama. Dan ini memantik beberapa komentar di WhatsApp penulis pribadi “Kok alumni Al-Azhar itu menyimpang?” atau “Harusnya alumni Al-Azhar itu membawa ajaran Islam yang benar, bukan malahan membawa pemahaman menyimpang” dan beberapa komentar negatif yang senada dengan itu.
Baiklah, sebagai mahasiswa di Al-Azhar itu sendiri penulis mengakui bahwa ada memang beberapa alumni atau orang yang sedang belajar di Al-Azhar itu tapi pemikirannya menyimpang, bahkan ada yang memilih menjadi atheis. Bahkan jauh sebelum beliau mengungkapkan hal tersebut, atheis itu sudah ada di kelas-kelas Al-Azhar. Tapi, beda cerita lagi kalau dikatakan bahwa Al-Azhar mengajarkan pemahaman yang menyimpang. Ini sudah jatuh kepada suatu klaim yang membutuhkan pembuktian.
Sebelum jauh-jauh menuding Al-Azhar dengan tuduhan yang tidak-tidak, pastikan dulu memahami bahwa Al-Azhar itu memiliki ajaran khas yang menjadi simbol utama Al-Azhar itu sendiri.
Ajaran Al-Azhar
Jauh-jauh hari, Syekh Ali Jum’ah sudah membeberkan bahwa ajaran pokok atau manhaj Al-Azhar itu ada tiga:
Pertama, akidahnya Asy’ariyyah dan Maturidiyyah.
Kedua, fikihnya berpegang pada salah satu dari mazhab yang empat.
Ketiga, dari segi tasawuf berkiblat kepada Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi.
Di luar dari ketiga poin ini, maka dia tidak bisa dikatakan sebagai azhari, walaupun dia memegang ijazah yang dikeluarkan oleh Al-Azhar. Sebaliknya, walaupun ada orang yang tidak pernah belajar di Al-Azhar, tidak pernah kuliah, tapi memegang ketiga prinsip itu, maka dia adalah azhari.
Oknum dan Naungan
Pada salah satu tulisan yang pernah diposting beberapa bulan lalu, penulis mengangkat isu bom bunuh diri yang mengatasnamakan Islam pada perbuatannya. Tapi, kalau kita bertanya-tanya, apakah Islam sendiri mengajarkan bom bunuh diri itu? Jawabannya, tidak! Begitu juga Al-Azhar, ketika ada alumni yang didapati menyimpang dari ajaran Al-Azhar sendiri, bisakah Al-Azhar kita tuduh sebagai dedengkot di balik pemahaman itu? Kalau kita bernalar sehat, kita bisa bertanya begini, bagaimana mungkin Al-Azhar mengajarkan hal tersebut, sementara ajaran itu sendiri menyimpang dari Al-Azhar? Seandainya Al-Azhar melakukan itu, maka itu sama saja menampar diri sendiri. Tapi, apakah Al-Azhar yang ribuan tahun mengajarkan berpikir sehat dan mencetak kader ulama melakukan hal yang naif seperti itu? Mari panggil akal sehat untuk mengatakan tidak.
Munculnya alumni-alumni yang bernuansa liberal atau menyimpang adalah satu hal, sementara Al-Azhar mengajarkan hal-hal yang menyimpang adalah hal lain lagi. Adanya alumni Al-Azhar yang menyimpang tidak meniscayakan Al-Azhar itu mengajarkan pemikiran yang menyimpang. Sebagaimana bom bunuh diri itu, adanya tindakan itu, tidak meniscayakan Islam mengajarkan bom bunuh diri.
Al-Azhar juga tidak pernah memberikan jaminan kalau yang belajar di Al-Azhar otomatis menjadi ulama yang pikirannya baik-baik saja. Hanya saja, anggapan yang luas ada di masyarakat adalah “orang belajar di Al-Azhar otomatis menjadi orang yang pemikirannya lurus”. Sejujurnya, penulis tidak setuju dengan anggapan itu, karena buktinya tidak semua keluaran Al-Azhar itu sendiri menjadi ulama atau pemikirannya baik-baik saja. Hanya saja Al-Azhar bisa menjadi media untuk sampai menjadi derajat ulama dan pemikiran yang lurus, sebagaimana yang direstui Islam itu sendiri.
Selain itu, ketika ada keluaran Al-Azhar, yang paling pertama penulis pribadi tanyakan adalah di mana dia berguru? Mengingat di Mesir ada sangat banyak tempat belajar, baik itu kiri, kanan, maupun tengah. Di mana referensi yang dia ambil? Sebab, ada orang yang pemikirannya bisa keliru disebabkan bacaan keliru atau bacaannya benar tapi salah paham dari bacaan itu. Jadi, pemikiran itu tergantung informasi dan bagaimana dia mendapatkan informasi itu.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa ajaran Al-Azhar dan alumni liberal itu sendiri tidak ada keterkaitan logis. Menjadi liberal adalah satu hal, sedangkan ajaran Al-Azhar sendiri adalah hal yang lain, Al-Azhar tidak pernah menjanjikan pelajarnya itu akan berpikiran benar, dan pemikiran itu tergantung di mana dan bagaimana cara dia mengolah informasi.