Ruang Intelektual
  • Login
  • Daftar
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video
Ruang Intelektual
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil

Menjawab “Katanya”

Oleh fachryalhidayah
27 Mei 2022
in Opini
Menjawab “Katanya”
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WA

Sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan di suatu daerah, pola pikir yang digunakan masyarakat saat itu masih terbilang cukup miris. Segala hal dan polemik saat itu kebenarannya bukan berdasarkan fakta yang kongkrit ataupun bisa diterima oleh akal. Kebanyakan malah cenderung mengambil mitos turun temurun dari nenek moyang lalu meyakininya sebagai sebuah kebenaran yang haqiqi tanpa meneliti lebih dalam.

Orang tua dulu sering memberikan larangan; jangan menyisir rambut tengah malam, jangan potong kuku di malam hari, jangan duduk di atas bantal, jangan berfoto bersama dengan jumlah ganjil, dan lain-lain. Kata orang tua dulu itu namanya “Pamali“, kalau dilanggar maka berbagai dampak negatif muncul seperti diganggu setan, bisulan, bahkan yang mengerikan bisa cepat mati. Ya, benar saja, di era sekarang si “Pamali” ini ternyata mulai kurang laku, alasannya satu, ketidaksesuaian antara sebab dan akibat. Jawaban dari setiap pamali dan akibatnya itu juga satu, “masa iya” atau “loh, kok bisa”.

Dewasa ini, ada saja beberapa yang masih percaya dan yakin terhadap mitos-mitos seperti itu atau yang sejenisnya. Biasanya selalu diawali dengan ungkapan “Katanya”. Salah satunya adalah “katanya semua orang yang berjodoh itu mirip wajahnya“. Penulis sengaja mengambil contoh ini karena beberapa waktu lalu berdiskusi dengan seorang teman dan mengangkat tema ini, keliatannya seru karena membahas jodoh.

Respon Penulis

Sebelum menjawab pernyataan itu, alangkah baiknya kita menyimak sejenak bagaimana cara menentukan benar/salahnya suatu perkara. Bersumber dari salah satu tulisan guru kami yaitu ustad Nuruddin dalam bukunya Logical Fallacy. Ada dua tolak ukur benar-salahnya pernyataan yang paling populer dan mendekati kebenaran, yaitu korespondensi dan konsistensi.

Korespondensi (muthobaqoh), teori ini mengatakan benar-tidaknya suatu pandangan bergantung pada sesuai tidaknya ia dengan realita/kenyataan. Sementara konsistensi, teori ini menyatakan bahwa benar-salahnya suatu pernyataan berdasarkan pada konsistensinya dengan pernyataan lain.

Sekarang kita hubungkan dengan sampel pernyataan “katanya semua orang yang berjodoh itu mirip wajahnya”. Apakah pernyataan ini benar secara realita? Jika dilihat melalui fakta, hanya sepersekian persen saja orang yang berjodoh lalu ditakdirkan memiliki wajah yang mirip, sisanya tidak. Itu artinya ia mengambil sampel sebagian orang untuk menyatakan hukum secara keseluruhan, dan itu sangat tidak bijaksana. Karena secara kenyataan bukan “semua” tapi hanya “sebagian” saja. Sama kasusnya ketika wanita yang takut atau sering dibohongi oleh laki-laki sialan, mereka sering mengatakan “semua laki-laki itu sama”, terus dibantah, berarti Nabi Muhammad juga? Ayahmu juga? Apakah patut kita menyamakan laki-laki sialan itu dengan laki-laki lain yang sangat berjasa untuk dia? Tentu tidak. Maka dengan tegas pernyataan semua yang berjodoh itu wajahnya mirip, itu salah. Seandainya ia menggunakan diksi sebagian, kita bisa membenarkan pernyataan itu.

Lalu kita gunakan teori kedua, yaitu konsistensi. Namun agar mudah memahaminya, kami menggunakan teori konsistensi kontradiksi (dalam ilmu mantiq disebut tanaqudh), yang dalam hal ini dikatakan apabila sebuah diksi (pernyataan) benar maka kontradiksinya salah, sebaliknya jika diksi itu salah maka kontradiksinya benar. Sekarang pernyataan “semua yang berjodoh itu mirip wajahnya”, itu benar atau salah? Anggap kita belum tau. Untuk mencari kebenaran diksi itu, kita datangkan kontradiksinya “sebagian orang yang berjodoh itu tidak mirip wajahnya”. Sekarang kita telisik pernyataan kontradiksinya apakah benar atau salah? Tentu saja benar, karena kenyataannya ada sebagian orang yang berjodoh tidak mirip wajahnya, sebut saja ada orang Indonesia menikahi gadis bule asal Rusia, atau orang India yang menikahi gadis Amerika dan lain sebagainya menurut fakta yang ada. Ketika kontradiksinya benar (sebagian orang yang berjodoh itu tidak mirip wajahnya) maka diksinya pun salah (semua orang yang berjodoh itu mirip wajahnya).

BacaJuga

Hari Kemerdekan; Babak Baru Penjajahan

Pesulap Merah dan Pola Pikir Masyarakat

Penista Agama yang Sesungguhnya

Si Paling Benar

Jadi kesimpulannya, janganlah kita berpikir praktis tanpa menalar terlebih dahulu kebenaran suatu pernyataan. Orang awam biasanya punya tolak ukur yang lebih simpel. Dia hanya mengikuti kata orang. Kalau kata si A itu benar, maka itu benar, kalau tidak, maka itu salah. Terlebih yang berkata tidak tau apa-apa. Hatta perkataan orang tua pun kalau semisal mengganjal di akal maka jangan dulu anggap itu sebuah kebenaran, perlu ditelisik lagi kebenarannya melalui akal dan sumber kebenaran yang lain. Terkhusus bagi para tolibul ilmi. Sekian.

fachryalhidayah

fachryalhidayah

Bukan siapa-siapa

RelatedPosts

Hari Kemerdekan; Babak Baru Penjajahan
Opini

Hari Kemerdekan; Babak Baru Penjajahan

Oleh Muhammad Said Anwar
17 Agustus 2022
Pesulap Merah dan Pola Pikir Masyarakat
Opini

Pesulap Merah dan Pola Pikir Masyarakat

Oleh Muhammad Said Anwar
5 Agustus 2022
Penista Agama yang Sesungguhnya
Opini

Penista Agama yang Sesungguhnya

Oleh Muhammad Said Anwar
9 Juli 2022
Si Paling Benar
Opini

Si Paling Benar

Oleh fachryalhidayah
1 Juni 2022
“Alumni Al-Azhar, Tapi Menyimpang?”
Opini

“Alumni Al-Azhar, Tapi Menyimpang?”

Oleh Muhammad Said Anwar
30 November 2021
Artikel Selanjutnya
Simbol Keagamaan, Kesucian yang Dihinakan

Kenapa Kita Ikut-Ikutan?

Si Paling Benar

Si Paling Benar

Efek Samping Kebiasaan Positif

Efek Samping Kebiasaan Positif

KATEGORI

  • Adab Al-Bahts
  • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Biografi
  • Filsafat
  • Ilmu Ekonomi
  • Ilmu Firaq
  • Ilmu Hadits
  • Ilmu Kalam
  • Ilmu Mantik
  • Ilmu Maqulat
  • Karya Sastra
  • Matematika
  • Nahwu
  • Nukat
  • Opini
  • Penjelasan Hadits
  • Prosa Intelektual
  • Sejarah
  • Tasawuf
  • Tulisan Umum
  • Ushul Fiqh

TENTANG

Ruang Intelektual adalah komunitas yang dibuat untuk saling membagi pengetahuan.

  • Tentang Kami
  • Tim Ruang Intelektual
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Daftar

Buat Akun Baru!

Isi Form Di Bawah Ini Untuk Registrasi

Wajib Isi Log In

Pulihkan Sandi Anda

Silahkan Masukkan Username dan Email Anda

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Ilmu Bahasa Arab
    • Nahwu
    • Sharaf
    • Balaghah
    • ‘Arudh
    • Qafiyah
    • Fiqh Lughah
    • Wadh’i
  • Ilmu Rasional
    • Ilmu Mantik
    • Ilmu Maqulat
    • Adab Al-Bahts
    • Al-‘Umȗr Al-‘Ammah
  • Ilmu Alat
    • Ulumul Qur’an
    • Ilmu Hadits
    • Ushul Fiqh
  • Ilmu Maqashid
    • Ilmu Kalam
    • Ilmu Firaq
    • Filsafat
    • Fiqh Syafi’i
    • Tasawuf
  • Ilmu Umum
    • Astronomi
    • Bahasa Inggris
    • Fisika
    • Matematika
    • Psikologi
    • Sastra Indonesia
    • Sejarah
  • Nukat
    • Kitab Mawaqif
  • Lainnya
    • Biografi
    • Penjelasan Hadits
    • Tulisan Umum
    • Prosa Intelektual
    • Karya Sastra
    • Ringkasan Buku
    • Opini
    • Koleksi Buku & File PDF
    • Video

© 2024 Karya Ruang Intelektual - Mari Berbagi Pengetahuan