Kebanyakan yang kita temui, seseorang akan tergerakkan hatinya untuk melakukan sesuatu ketika dalam keadaan terdesak. Misalnya dalam menghadapi ujian, semangat belajar yang sebelumnya hilang entah kemana tiba-tiba hadir begitu saja bagai kilat saat melihat jadwal ujian yang tinggal beberapa hari. Mirisnya, yang ada di dalam benak adalah “intinya saya harus belajar”, soal metode belajarnya itu belakangan. Namanya belajar ya tentunya membaca, no reading no studying. Tapi tak jarang yang mendapati bosan, semangat hilang, stres dan penat melihat tumpukan buku dan kertas acak-acakan. Antara keinginan dan usaha berbanding terbalik. Apakah keinginannya yang salah? Tentunya bukan, tapi bisa saja usaha atau caranya yang keliru.
Salah seorang guru kami berkata: “Belajar itu perlu irodah dan idaroh (kemauan dan manajemen)”.
Belajar hanya dengan irodah tanpa idaroh, membosankan. Belajar hanya dengan idaroh tanpa irodah, tak ada artinya. Keduanya harus ada dan hadir dalam diri kita. Itulah sebabnya bagi sebagian tolibul ilmi yang sangat mementingkan belajar, tentu mengerti dan paham cara belajar yang nyaman dan mengasyikkan, bukan yang penting belajar.
Nah sobat intelektual, kali ini kami akan berbagi sedikit wawasan tentang bagaimana sih cara belajar yang efektif itu.
Seorang pakar pendidikan bernama Edgar Dale pada tahun 1969 mengemukakan hasil penelitiannya tentang persentase keefektivan cara belajar. Dia membagi metode belajar menjadi dua, aktif dan pasif. Adapun metode belajar pasif, diantaranya; dengan cara membaca yang ternyata hanya memberi kontribusi sebanyak 10% pemahaman pelajaran, kemudian mendengarkan 20%, dan melihat demonstrasi 30%.
Adapun metode belajar aktif, diantaranya; aktifitas berdiskusi yang dapat memberikan 50% pemahaman terhadap materi yang dikuasai. Jika kita aktif mempraktikkan/mengaplikasikan ilmu maka hal tersebut dapat memberikan kontribusi sebesar 75% terhadap pemahaman kita tentang materi pelajaran. Selanjutnya, jika kita dapat mengajarkan materi tersebut kepada orang lain, maka kita akan memperoleh kontribusi pemahaman materi sebesar 90%. Inilah cara yang terbilang cukup cerdas, produktif dan aktif, apalagi dibarengi dengan nilai sosial yang baik.

Namun yang perlu digarisbawahi, hal di atas tidak selamanya jadi patokan, sebab tidak menutup kemungkinan bahwa tiap orang-orang punya cara belajar masing-masing yang menurut mereka efektif. Seperti membuat ringkasan materi lalu menghafalnya atau cara apapun itu. Karena menentukan cara belajar yang baik adalah suatu bentuk ungkapan pentingnya belajar.


